KABARIKA.ID, PARIS — Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim punya pandangan yang sama dan sepakat tentang perlunya penerapan gencatan senjata di Gaza, untuk mempercepat penyaluran bantuan kemanusiaan ke daerah kantong yang terkepung itu.
Dalam konferensi pers bersama di Paris, sebagaimana dilaporkan kantor berita Bernama, kedua pemimpin tersebut mengatakan bahwa solusi dua negara adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, dan menyatakan dukungan penuh untuk gencatan senjata.
“Kami tengah bekerja sama dengan beberapa pihak, termasuk Arab Saudi, untuk mencapai tujuan ini. Untuk saat ini, Israel harus mengizinkan bantuan untuk mencapai Gaza,” kata Presiden Macron.
PM Anwar juga menyatakan dukungannya terhadap solusi dua negara dan mengutuk serangan Israel terhadap Iran.
“Jika Anda mengatakan tidak kepada Iran, (dan) Anda mengatakan ya kepada Israel, kita punya masalah, cobalah dan selesaikan itu. Namun saya setuju dengan Anda, kita harus mendesak Iran untuk menggunakan ini untuk metode dan cara damai serta mengizinkan inspeksi, yang telah mereka berikan komitmennya,” ujar Anwar.
Kedua pemimpin juga menyatakan dukungan untuk gencatan senjata di Ukraina.
Meskipun ada seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza, dan telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak.
Pengeboman yang tiada henti telah menghancurkan daerah kantong itu dan mengakibatkan kekurangan makanan dan berjangkitnya penyakit.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk PM Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Sementara itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong Gaza.
Israel Telah Menerima Tanggapan Hamas
Israel dilaporkan telah menerima tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata baru untuk Jalur Gaza. Diskusi sedang berlangsung mengenai rinciannya.
Media Channel 12 Israel mengutip sumber anonim yang mengatakan bahwa para mediator menyampaikan kepada Israel reaksi positif dari kelompok Hamas Palestina mengenai proposal gencatan senjata baru itu.
“Kami telah menyelesaikan konsultasi internal dengan faksi dan pasukan Palestina mengenai proposal terbaru mediator, untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami di Gaza,” kata Hamas pada hari Jumat (4/07/2025).
Sumber tersebut mengatakan, delegasi Israel diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Doha, Qatar, untuk berunding mengenai penerapan proposal tersebut, tanpa memberikan batas waktu yang spesifik.
Channel 12 sebelumnya melaporkan dari sebuah sumber bahwa negosiasi di ibu kota Qatar tidak akan memakan waktu lebih dari satu setengah hari.
Mesir sebagai salah satu mediator, telah melakukan kontak intensif dengan berbagai pihak untuk melanjutkan negosiasi tidak langsung dan mencapai formula akhir yang disetujui oleh semua pihak, menurut saluran Al-Qahera el-Ekhbariya.
Menurut lembaga penyiaran publik Israel, KAN, Hamas bersikeras pada tiga tuntutan utama, yakni kembali ke mekanisme distribusi bantuan sebelumnya, memperpanjang gencatan senjata setelah periode 60 hari yang diusulkan, dan penarikan nyata pasukan tentara Israel dari Jalur Gaza.
Media Hayom Israel melaporkan bahwa tantangan utama sebelum berlangsungnya perundingan adalah penarikan tentara Israel dari daerah kantong tersebut.
Surat kabar itu mengatakan bahwa Israel berupaya mempertahankan kehadirannya di Poros Morag, yang memisahkan Rafah dari Khan Younis di Gaza selatan, sementara Hamas menuntut penarikan penuh.
Harian Yedioth Ahronoth, mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin mengumumkan perjanjian gencatan senjata di Gaza selama pertemuannya dengan PM Israel Benjamin Netanyahu, Senin besok (7/07/2025). (rus)