KABARIKA.ID, WASHINGTON DC — Presiden AS Donald Trump menjamu PM Israel Benjamin Netanyahu untuk makan malam di Gedung Putih pada Senin (7/07/2025) saat ia mendesak pemimpin Israel itu untuk mengakhiri perang Gaza yang telah membuat wilayah itu hancur menjadi puing-puing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kunjungan ketiga PM Netanyahu ke AS sejak Trump kembali berkuasa, terjadi pada saat yang krusial. Presiden AS itu berharap untuk memanfaatkan momentum dari gencatan senjata baru-baru ini antara Israel dan Iran.

“Saya tidak berpikir ada hambatan. Saya pikir semuanya berjalan dengan sangat baik,” kata Trump kepada wartawan di awal makan malam ketika ditanya apa yang menghalangi kesepakatan damai.

Duduk di seberang meja panjang dari pemimpin Israel itu, Trump juga menyuarakan keyakinannya bahwa Hamas bersedia mengakhiri konflik di Gaza, yang memasuki bulan ke-22.

“Mereka ingin bertemu dan mereka ingin gencatan senjata itu,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya apakah bentrokan yang melibatkan tentara Israel akan menggagalkan pembicaraan.

Pertemuan di Washington itu terjadi saat Israel dan Hamas mengadakan pembicaraan tidak langsung pada hari kedua di Qatar, mengenai gencatan senjata yang sulit dicapai.

Di sela-sela pertemua itu, PM Netanyahu mengatakan bahwa ia telah menominasikan Trump untuk penerima Hadiah Nobel Perdamaian, yang menjadi tujuan lama presiden AS, dengan memberinya surat yang ia kirimkan ke panitia hadiah Nobel.

“Ia tengah menempa perdamaian saat kita berbicara, di satu negara, di satu kawasan demi kawasan,” kata PM Netanyahu.

PM Netanyahu lebih berhati-hati dalam hal perdamaian dengan Palestina dan mengesampingkan negara Palestina penuh, dengan mengatakan bahwa Israel akan selalu menjaga kendali keamanan atas Jalur Gaza.

“Sekarang, orang-orang akan mengatakan itu bukan negara yang lengkap, itu bukan negara. Kami tidak peduli,” ujar Netanyahu.

Saat pertemuan Presiden Trum ddengan PM Netanyahu berlangsung, puluhan orang pengunjuk rasa berkumpul di dekat Gedung dengan meneriakkan slogan-slogan yang menuduh PM Israel melakukan genosida.

Trump telah sangat mendukung sekutu utama AS dan sekonservatif Netanyahu, memberikan dukungan AS dalam perang Israel baru-baru ini dengan mengebom fasilitas nuklir utama Iran.

Namun pada saat yang sama ia semakin mendorong diakhirinya apa yang disebutnya “neraka” di Gaza.

Trump mengatakan pada hari Minggu (6/07/2025) bahwa ia yakin ada peluang bagus untuk sebuah kesepakatan minggu mendatang ini.

“Prioritas utama bagi presiden saat ini di Timur Tengah adalah untuk mengakhiri perang di Gaza dan untuk mengembalikan semua sandera,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.

Leavitt mengatakan Trump ingin Hamas menyetujui proposal yang ditengahi AS sekarang juga setelah Israel mendukung rencana gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dengan imbalan tahanan Palestina.

Putaran terakhir negosiasi tentang perang di Gaza dimulai pada Minggu (6/07/2025) di Doha, dengan perwakilan yang duduk di ruangan yang berbeda di gedung yang sama.

Pembicaraan hari Senin (7/07/2025) berakhir dengan “tidak ada terobosan,” kata seorang pejabat Palestina yang mengetahui negosiasi tersebut. Delegasi Hamas dan Israel akan melanjutkan pembicaraan nanti.

Utusan khusus Trump Steve Witkoff dijadwalkan bergabung dalam perundingan di Doha akhir minggu ini, dalam upaya untuk mencapai gencatan senjata.

Usulan AS mencakup gencatan senjata selama 60 hari, di mana Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dan beberapa jenazah sebagai ganti warga Palestina yang ditahan oleh Israel, kata sumber Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut.

Hamas juga menuntut persyaratan tertentu untuk penarikan Israel, jaminan terhadap tidak dimulainya kembali pertempuran selama perundingan, dan pengembalian sistem distribusi bantuan yang dipimpin PBB.

Di Gaza, badan pertahanan sipil mengatakan pasukan Israel menewaskan sedikitnya 12 orang pada hari Senin (7/07/2025), termasuk enam orang di sebuah klinik yang menampung orang-orang yang mengungsi akibat perang.

Dari 251 sandera yang disandera oleh militan Palestina selama serangan Hamas Oktober 2023 yang memicu perang, 49 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

Perang telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta orang di Jalur Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, wilayah aksi genosida Israel di jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 57.523 orang, sebagian besar warga sipil wanita dan anak-anak.

PBB menganggap angka-angka itu dapat dipercaya.