KABARIKA.ID, MAKASSAR — Angka kasus kanker payudara di Amerika Serikat (AS) meningkat tajam dan sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sekitar satu dari delapan perempuan di AS didiagnosis mengidap kanker payudara invasif dalam hidup mereka. Satu dari 43 orang wanita atau sekitar 2 persen, akan meninggal karena penyakit tersebut.
Menurut sebuah hasil penelitian yang dirilis pada akhir Oktober 2024 lalu, jumlah kasus kanker payudara di AS meningkat tajam.
Situasi itu didorong oleh peningkatan kasus di kalangan perempuan muda dan warga Asia-Amerika, menurut temuan penelitian tersebut.
Laporan dua tahunan yang dirilis oleh American Cancer Society menyebutkan, jumlah kasus meningkat sebesar satu persen per tahun sejak 2012 hingga 2021.
Peningkatan kasus kanker payudara terjadi saat angka kematian justru menurun, yakni turun sebesar 44 persen sejak 1989 hingga 2022.
Kanker payudara merupakan kanker kedua yang paling umum didiagnosis di kalangan perempuan AS, sekaligus menjadi penyebab kematian akibat kanker terbanyak kedua, setelah kanker paru-paru.
Sekitar satu dari delapan perempuan di AS didiagnosis dengan kanker payudara invasif dalam hidup mereka, dan satu dari 43 wanita, atau sekitar dua persen, akan meninggal karena penyakit tersebut.
Selama satu dekade terakhir, menurut hasil penelitian tersebut, tingkat kasus kanker payudara tumbuh lebih cepat pada perempuan yang berusia di bawah usia 50 tahun dibandingkan dengan mereka yang lebih tua.
Tingkat pertumbuhan kasus mencapai 1,4 persen per tahun pada kelompok usia tersebut dibandingkan 0,7 persen per tahun untuk usia 50 tahun ke atas, karena penyebab yang belum diketahui secara jelas.
Terkait dengan Ras dan Layanan Kesehatan
Berdasarkan ras, perempuan Asia-Amerika mengalami peningkatan insiden paling cepat. Selajutnya diikuti wanita Hispanik, yang menurut laporan tersebut, mungkin sebagian terkait dengan masuknya imigran baru, yang memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, angka kematian akibat kanker payudara turun sebesar 44 persen dari 33 kematian per 100.000 perempuan pada 1989, menjadi 19 kematian per 100.000 perempuan pada 2022. Secara total menghasilkan sekitar 517.900 kematian yang dapat dicegah.
Angka kematian tetap tidak berubah sejak 1990 di kalangan penduduk asli Amerika, sementara wanita kulit hitam mengalami 38 persen lebih banyak kematian daripada wanita kulit putih, meskipun kasusnya lima persen lebih rendah.
Laporan tersebut menyatakan bahwa temuan ini menyoroti kerugian dalam determinan sosial kesehatan dan rasisme sistemik yang sudah berlangsung lama, dan telah mengakibatkan kurangnya akses terhadap perawatan berkualitas di seluruh rangkaian kanker.
Misalnya, meskipun perempuan kulit hitam melaporkan bahwa mereka telah lebih banyak menjalani pemeriksaan mamogram dibanding perempuan kulit putih, “Mereka lebih mungkin menjalani pemeriksaan di fasilitas dengan sumber daya lebih sedikit ataupun fasilitas yang tidak diakreditasi oleh American College of Radiology,” menurut penelitian tersebut.
Pemeriksaan Sekali Setahun Mulai Usia 40 Tahun
Para penulis merekomendasikan peningkatan keberagaman ras dalam uji klinis dan kemitraan komunitas yang meningkatkan akses ke pemeriksaan berkualitas tinggi di kalangan perempuan, khususnya mereka yang kurang terlayani.
Pada April yang lalu, sebuah badan medis AS yang berpengaruh menyarankan agar wanita menjalani pemeriksaan kanker payudara, setidaknya dalam jangka waktu dua tahun sekali mulai usia 40 tahun.
Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS (The US Preventive Services Task Force/USPSTF) sebelumnya mengatakan, bahwa perempuan berusia 40-an harus membuat keputusan individual tentang kapan harus memulai mamogram, berdasarkan riwayat kesehatan mereka dan tetap memberikan rekomendasi wajib bagi mereka yang telah berusia lebih dari 50 tahun. (*/mr)