KABARIKA.ID, MAKASSAR — Dalam dua pekan terakhir sedikitnya 147 orang meninggal dunia akibat penyakit misterius di Kongo, negara yang berada di Afrika bagian tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyakit misterius itu disebut mirip flu dengan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, batuk, dan anemia.

Mencermati perkembangan penyakit yang belum diketahui pasti penyebabnya itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menduga penyakit misterius yang telah menewaskan hampir 150 orang itu, berasal dari infeksi virus.

Namun Dicky menambahkan, untuk mengetahui apakah ini penyakit baru atau turunan harus menunggu hasil investigasi dari WHO.

Meski demikian, Dicky menyebut penyakit misterius yang telah merenggut korban di atas seratus orang itu, tidak berpotensi menjadi pandemi.

“Analisa sementara saya, dengan gejala flu like syndrome, artinya kecenderungannya ini infeksi akibat virus. Tampaknya ini satu penyakit yang kemungkinan besar disebabkan oleh virus yang penularannya dengan kontak dekat,” kata Dicky yang dikutip Kamis (5/12/2024).

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman. (Foto: Ist.)

Menurut Dicky, kematian tinggi dalam waktu cepat ini biasanya tidak menjadi karakteristik terjadinya pandemi.

“Dengan kematian yang hampir 150 orang, kalaupun itu adalah satu penyakit baru, wabah baru, ini cenderung tidak akan menjadi satu pandemi dalam konteks menyebar cepat ke luar. Biasanya kalau kematian tinggi, orang-orang yang parah ini belum sempat untuk menularkan,” ujar Dicky.

Menurutnya, karakter dari satu potensi wabah dengan mortalitas tinggi biasanya cepat terlokalisasi jika langsung dilakukan mitigasi.

“Artinya sangat kecil potensinya akan berdampak ke kita. Apalagi dengan mekanisme gejala seperti itu yang sementara ini masih bisa terlokalisasi,” tambah Dicky.

Banyak Penyakit Berpotensi Wabah

Dicky menjelaskan, Kongo yang berada di Afrika saat ini menjadi negara dengan banyak penyakit yang berpotensi menjadi wabah dengan angka kematian yang tinggi.

“Bahkan sekarang Mpox juga di Kongo lagi banyak, selain penyakit-penyakit virus lainnya, sehingga apabila diterapkan lockdown lokal, prinsip 5 M di sana diterapkan, ya bisa meminimalisasi dampak,” papar Dicky.

Penyakit misterius ini berjangkit di desa Panzi, provinsi Kwango, Kongo.

Menteri Kesehatan Kongo, Samuel Kamba Roger mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu (4/12/2024), bahwa gejala-gejala penyakit tersebut dapat mengindikasikan beberapa penyakit menular, termasuk cacar air dan Ebola, yang sebelumnya telah menyebabkan kekhawatiran besar di Kongo.

Roger mengatakan, pemerintah negaranya telah mengirimkan tim ahli epidemiologi untuk menilai situasi dan menentukan sifat dari penyakit ini.

Sementara itu, gubernur provinsi Kwango telah mengirim tim ke lapangan untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan sampel, dan mengirimkannya ke INRB (Institut Nasional untuk Penelitian Biomedis) untuk pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.

Harus Waspada, tapi Tidak Panik

Terkait dengan munculnya penyakit misterius di Kongo, Dicky mengimbau agar masyarakat Indonesia tidak terlalu panik. Namun dengan jumlah kematian yang tinggi itu, semua pihak harus waspada.

“Dunia melalui WHO harus segera memastikan apa sebetulnya penyebabnya,” tandas Dicky.

Ia mengatakan bahwa langkah antisipasi dan deteksi dini di Indonesia perlu dilakukan. Ketika ada negara yang sedang mengalami wabah, kata Dicky, peningkatan kewaspadaan dan skrining harus dijalankan di pintu masuk negara.

Seperti penerbangan yang berasal dari atau ada kaitannya dengan wilayah yang sedang mengalami wabah.

“Standar itu pemeriksaan di pintu masuk negara, terutama laut dan udara, terhadap penumpang yang mengalami demam, keluhan batuk dengan demam, apalagi ada tanda lain, misalnya pendarahan. Ini tentu harus betul-betul dipisahkan, ada mekanisme karantina, dan skrining yang memadai,” ujar Dicky. (*/mr)