KABARIKA.ID, JAKARTA — Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering diabaikan, padahal dampaknya bisa sangat serius. Kondisi ini terjadi akibat peningkatan tekanan pada bola mata yang merusak saraf optik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seringkali glaukoma berkembang perlahan tanpa gejala awal yang jelas, sehingga disebut sebagai “pencuri penglihatan diam-diam”.

Deteksi dini glaukoma sangat penting untuk mencegah kebutaan permanen. Semakin cepat terdeteksi, kerusakan pada tahap awal dapat dikendalikan sehingga glaukoma tidak berkembang lebih parah.

Mengapa Glaukoma Begitu Berbahaya?

Dokter spesialis mata, Dr. Kevin, SpM menjelaskan, Glaukoma sering tidak menunjukkan tanda-tanda awal, sehingga banyak penderita tidak menyadari bahwa penglihatannya sedang terancam. Saat penglihatan mulai terganggu, kerusakan yang terjadi biasanya sudah cukup parah.

Penyakit ini merusak saraf optik, yang bertanggung jawab mengirimkan sinyal visual dari mata ke otak. Jika tekanan pada bola mata terus meningkat tanpa penanganan, saraf optik akan mengalami kerusakan permanen, dan hasil akhirnya adalah kebutaan.

Salah satu faktor yang membuat glaukoma sulit dideteksi adalah proses kerusakannya yang terjadi secara bertahap.

Pada glaukoma sudut terbuka, jenis glaukoma yang paling umum, penderita biasanya tidak merasakan gejala yang berarti, seperti rasa sakit atau penglihatan kabur di awal. Kerusakan sering kali dimulai dari bagian penglihatan tepi (peripheral vision), yang tidak disadari penderita hingga penglihatan sudah sangat terganggu.

Begitu kerusakan saraf optik terjadi, kondisinya tidak bisa diperbaiki, hanya dapat diperlambat.

Selain itu, glaukoma juga bisa menyebabkan episode akut, seperti pada glaukoma sudut tertutup, dimana peningkatan tekanan mata terjadi secara mendadak. Ini bisa menimbulkan gejala yang lebih jelas seperti sakit mata yang parah, penglihatan kabur, mual, dan muntah.

Siapa yang Berisiko?

Glaukoma bisa menyerang siapa saja, tetapi ada beberapa kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi.

1. Usia di atas 40 tahun

Usia adalah salah satu faktor utama—orang yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih besar terkena glaukoma, terutama jenis glaukoma sudut terbuka. Seiring bertambahnya usia, sistem drainase alami cairan bola mata dapat terganggu, menyebabkan peningkatan tekanan di dalam mata yang berpotensi merusak saraf optik.

2. Riwayat keluarga dengan glaukoma

Jika salah satu anggota keluarga Anda, seperti orang tua atau saudara kandung, menderita glaukoma, kemungkinan Anda juga akan mengalami kondisi ini lebih besar. Faktor genetik berperan dalam penurunan risiko penyakit ini, sehingga sangat penting untuk rutin memeriksakan kesehatan mata jika ada anggota keluarga dengan glaukoma.

3. Menderita diabetes atau tekanan darah tinggi

Kedua kondisi ini dapat mempengaruhi sirkulasi darah ke mata dan mempercepat kerusakan pada saraf optik.

4. Mata minus atau plus tinggi

Mata minus (miopia) atau plus tinggi (hipermetropia) juga berkontribusi pada peningkatan risiko, karena perubahan pada bentuk mata bisa mempengaruhi tekanan di dalam bola mata.

5. Penggunaan steroid jangka panjang
Tanda-Tanda Awal yang Harus Diwaspadai
Beberapa gejala awal glaukoma yang mungkin muncul antara lain:

Kehilangan penglihatan sisi (peripheral vision) secara bertahap, pandangan seperti ada lingkaran cahaya di sekitar lampu, penglihatan kabur, terutama di malam hari, rasa tidak nyaman atau tekanan di dalam mata.

Dalam banyak kasus, glaukoma tidak menunjukkan gejala sama sekali. Inilah sebabnya mengapa deteksi dini sangat penting.

Melalui pemeriksaan mata rutin, dokter dapat memeriksa tekanan mata dan kondisi saraf optik untuk mendeteksi glaukoma sedini mungkin. (*)