KABARIKA.ID, KOPENHAGEN — Satu tim peneliti dari Universitas Kopenhagen, Denmark, telah meneliti susu sapi dan berbagai jenis susu nabati, untuk mengungkapkan mana yang lebih sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hasilnya, susu sapi mengandung lebih banyak protein dan asam amino esensial dibandingkan susu alternatif nabati. Susu sapi juga memiliki kandungan gula yang lebih rendah.
Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Food Research International pekan ini.
Tim peneliti tersebut menganalisis dua jenis susu sapi dan sepuluh jenis minuman nabati berbeda sebagai alternatif pengganti susu biasa.
Minuman nabati tersebut, terdiri dari enam minuman oat, satu minuman kedelai, satu minuman beras, satu minuman almond, dan satu minuman berbahan campuran kedelai, beras, almond, dan oat.
Semua minuman dalam penelitian ini telah menjalani perlakuan suhu ultra-tinggi (UHT), di mana produk dipanaskan hingga cukup untuk membunuh semua bakteri.
Metode ini memungkinkan produk disimpan dalam keadaan belum dibuka pada suhu kamar. Namun, susu sapi sering kali mengalami pasteurisasi rendah, yaitu dipanaskan pada suhu yang lebih rendah.
Karena minuman nabati biasanya diolah dengan UHT, para peneliti memilih untuk membandingkan produk dengan jenis perlakuan panas yang sama.
Lebih banyak protein
Susu sapi yang diuji mengandung 3,4 gram protein per liter, sedangkan delapan dari 10 jenis minuman nabati yang dites hanya mengandung antara 0,4 hingga 1,1 gram protein per liter.
Semua minuman nabati juga memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih rendah dibandingkan susu sapi.
Selain itu, tujuh dari sepuluh minuman nabati mengandung lebih banyak gula dibandingkan susu sapi.
“Secara keseluruhan, minuman nabati mengandung lebih sedikit protein dan beberapa di antaranya juga mengandung lebih banyak gula dibandingkan susu sapi,” ujar Marianne Nissen Lund, profesor pada Departemen Ilmu Pangan Universitas Kopenhagen dan penulis utama studi tersebut.
Menurut Prof Lund, ketika makanan yang mengandung protein dan gula terkena panas, terjadi reaksi kimia yang disebut reaksi Maillard atau efek Maillard.
Hal inilah, kata para peneliti tersebut, membuat roti yang baru dipanggang berbau harum atau menambah rasa ekstra pada permukaan sepotong daging.
“Pada saat yang sama, beberapa asam amino esensial diubah dalam proses ini. Dengan cara ini, jelas terjadi kehilangan nutrisi,” ujar Prof Nissen Lund.
Bukan sumber nutrisi yang baik
Prof Nissen Lund merekomendasikan agar para konsumen memilih produk yang lebih sedikit diproses agar bermanfaat bagi lingkungan dan kesehatan.
Meski demikian, ia menekankan bahwa pengganti susu nabati bukan dianggap tidak sehat, namun menekankan pentingnya pola makan seimbang.
“Jika Anda memastikan pola makan seimbang, penilaian saya meminum minuman nabati ini tidak masalah. Hanya saja, jangan menganggapnya sebagai sumber nutrisi yang baik,” tandas Prof Nissen Lund. (rus)