KABARIKA.ID, MAKASSAR — Siapapun perlu tahu bahwa stres dapat mengganggu kesehatan neurologis, menimbulkan risiko besar bagi kesejahteraan pasien secara keseluruhan karena memperburuk fungsi kognitif dan memicu masalah serius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Stres terasa sangat berat, beban sensorik dan emosional yang berlebihan dapat menjadi stimulasi berlebih, terutama ketika waktu terasa sempit dan mendesak, baik itu di menit-menit terakhir ujian atau terburu-buru menuju gerbang keberangkatan yang akan segera ditutup.

Stres punya manfaat dalam jangka pendek, yaitu mempertajam fokus dan menghasilkan energi terkonsentrasi untuk mengambil tindakan cepat untuk tugas mendesak yang ada.

Namun, stres dalam jangka panjang mengkhawatirkan karena dapat merusak otak.

Dr. Kanchana S. Pillai, Konsultan Neurologis, Rumah Sakit dan Pusat Penelitian K J Somaiya, India, berbagi dalam pengetahuan tentang konsekuensi stres terhadap kesehatan neurologis.

Ketika stres berlangsung lama, dampaknya lebih dari sekadar mengubah suasana hati, stres dapat mengubah struktur otak.

Stres secara fisik mengubah cara kerja otak, menunjukkan seberapa dalam tekanan emosional akibat stres memengaruhi kesehatan fisik.

Dr. Kanchana S. Pillai, Konsultan Neurologis dan Spesialis Gangguan Pergerakan di Rumah Sakit Bombay dan Pusat Penelitian Medis, Mumbai, India. (Foto: drkanchanapillai)

Menurut Kanchana, stres biasanya dianggap sebagai masalah emosional atau mental, tetapi secara neurologis, stres jauh lebih dari itu.

Di tengah stres kronis, otak berada dalam kondisi hiperaktif. Tubuh melepaskan kortisol dan adrenalin tingkat tinggi yang, seiring waktu, dapat mengganggu siklus normal otak.

Bagian otak yang mengendalikan pembelajaran dan memori yang disebut hipokampus, dapat menyusut.

Amigdala yang bertanggung jawab untuk merespons rasa takut dan emosi, bereaksi berlebihan.

“Dan korteks prefrontal yang mengendalikan pengambilan keputusan dan pengendalian diri, menjadi terganggu,” tutur Kanchana.

Ahli Saraf dan Spesialis Gangguan Pergerakan tersebut juga menegaskan bahwa stres dapat menyebabkan perubahan otak yang bertahan lama, yang seiring waktu memengaruhi area kognisi yang luas, mulai dari ingatan hingga konsentrasi.

“Ya, jika dibiarkan, stres jangka panjang dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional otak. Perubahan ini dapat berkisar dari mudah lupa, konsentrasi yang buruk, kekhawatiran, hingga perubahan perilaku,” papar Presiden Masyarakat Gangguan Pergerakan India itu.

Beberapa penelitian, lanjut Kanchana, bahkan mengaitkan stres kronis dengan percepatan penurunan kognitif dan kerentanan terhadap penyakit neurodegeneratif.

Dr. Kanchana membagikan panduan singkat mengenai kondisi neurologis yang dapat diperburuk oleh stres, kebiasaan yang membantu melindungi otak dari stres, dan tanda-tanda kapan harus mengunjungi dokter.

Lima kondisi neurologis yang dipicu atau diperburuk oleh stres

1. Olahraga teratur: Meningkatkan aliran darah dan menurunkan kortisol.
2. Latihan kesadaran: Meditasi dan pernapasan dalam menenangkan amigdala.
3. Tidur berkualitas: Tidur adalah siklus perbaikan otak. Tidurlah selama 7–8 jam.
4. Pola makan seimbang: Omega-3, sayuran hijau, dan hidrasi membangun kesehatan otak.
5. Dukungan sosial: Dukungan emosional adalah penyangga stres alami.

Empat tanda yang menunjukkan Anda perlu mengunjungi dokter

• Kelelahan terus-menerus,
• Mudah lupa,
• Perubahan suasana hati, dan
• Sakit kepala yang tidak kunjung hilang.

Dr. Kanchana adalah Konsultan Neurologis dan Spesialis Gangguan Pergerakan di Rumah Sakit Bombay dan Pusat Penelitian Medis, Mumbai, India. (rus)