KABARIKA.ID, KUPANG — Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyelenggarakan upacara pengukuhan tiga guru besar, Selasa (7/01/2025) di Auditorium Graha Undana, Kupang.
Ketiga guru besar tersebut, adalah Prof Dr. Frans Gana, M. Si. (Bidang Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP Undana), Prof Dr. Yuliana Salosso, S.Pi., MP (Bidang Kepakaran Parasit Ikan, Fakultas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan), dan Prof Reinner Ishaq Lerrick, S.Si., M.Sc., Ph.D (Bidang Ilmu Kimia Organik Sintesis Senyawa Heterosiklik, Prodi Kimia FST).
Rektor Undana Prof Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc. dalam sambutannya, Prof Maxs menekankan pentingnya peran guru besar dalam menghadapi tantangan global.
“Pidato ilmiah yang mereka sampaikan mencerminkan visi Undana untuk terus berkembang. Kami fokus pada digitalisasi, inovasi tenun ikat, dan hilirisasi produk lokal untuk meningkatkan daya saing masyarakat,” ujar Rektor Undana.
Ia menambahkan, pidato pengukuhan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah seorang profesor yang telah menguasai dan mendalami bidang ilmu tertentu.
Satu dari tiga guru besar yang dikukuhkan itu adalah alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), yakni Prof Dr. Yuliana Salosso, S.Pi., MP.
Prof Yuliana menyampaikan pidato pengukuhan atau orasi ilmiah berjudul, “Penggunaan Bahan Alam sebagai Antibakteri Dalam Upaya Mengatasi Kelemahan Penggunaan Antibiotik pada Budi Daya Ikan”.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Yuliana membahas solusi inovatif dalam sektor budi daya perikanan.
Penelitiannya menawarkan alternatif ramah lingkungan untuk menggantikan antibiotik dalam menjaga kesehatan ikan, memberikan harapan baru bagi sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
Prof Yuliana menguraikan tentang penggunaan bahan alam sebagai antibakteri untuk mengatasi kelemahan penggunaan antibiotik pada budi daya ikan.
Profil Prof Dr. Yuliana Salosso
Dosen Program Studi (Prodi) Budi Daya Perairan Undana, Kupang, itu lebih akrab disapa Yuli. Ia lahir di Ujungpandang pada 1 Juli 1975.
Yuli lulus tes masuk Unhas pada Program Studi Budi Daya Perairan (BDP) tahun 1993, meskipun cita-citanya menjadi dokter.
Namun setelah mengikuti kuliah pada Prodi BDP Unhas, kecintaan terhadap budi daya perairan pun semakin bertumbuh.
Yuli menyelesaikan pendidikan S-1 pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Unhas pada 1997 dengan topik skripsi seputar penyakit ikan (fish diseases).
Yuli kemudian melanjutkan pendidikan pada jenjang S-2 pada fakultas yang sama pada 2001. Ia menyusun dan mempertahankan tesis seputar Fish Diseases pada 2003.
Perempuan berdarah Toraja itu sangat konsisten dalam bidang kelimuannya. Hal ini tercermin dalam karya ilmiah dari jenjang S-1, S-2 hingga S3, yakni tentang penyakit ikan.
Saat menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Universitas Brawijaya, Malang (2009-2011) Yuli menulis disertasi dengan judul, “Senyawa Bioaktif Makroaalga Coklat Padina Australis sebagai Antibakteri Alami dalam Pengendalian Vibrio Alginolitycus pada Budi Daya Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes Altivelis)”.
Menurut Yuli, pemilihan judul tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa salah satu potensi laut di NTT yang belum dimanfaatkan secara optimal, adalah makroalga atau rumput laut, terutama dari jenis-jenis yang belum bekembang budi dayanya.
Salah satu manfaat makroalga ini yang dapat dikembangkan adalah sebagai antibakteri alami karena kandungan metabolik sekundernya, yang bersifat antibakteri, untuk mengatasi masalah kelemahan penggunaan antibiotik dalam pengendalian penyakit pada budi daya ikan.
Yuli menekankan, meskipun penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada ikan dapat diatasi dengan antibiotik sintetis, tetapi hal ini tidak dianjurkan mengingat sifat resistensi bakteri terhadap antibiotik sintetis jika digunakan secara terus menerus, serta dapat merusak lingkungan dan membahayakan manusia yang mengonsumsi ikan.
Yuli menjelaskan, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor unggulan di NTT, karena NTT merupakan Wilayah Kepulauan yang memiliki lautan yang lebih luas dari daratan.
Potensi perikanan merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan pendapatan daerah.
“Saya senang dan bangga jadi seorang akademisi karena dengan profesi ini, saya dituntut untuk selalu belajar dan belajar, sehingga dapat mendidik dan berbagi ilmu dengan mahasiswa. Saya merupakan generasi penerus bangsa, terlebih di Undana yang merupakan salah satu universitas yang dibanggakan di NTT ini,” ujar Yuli.
Selain menjalani profesi sebagai dosen, Yuli juga aktif di berbagai organisasi, di antaranya sebagai Ketua Organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi NTT (2022- sekarang); Anggota Presidium l Wanita Katolik RI Dewan Pengurus Daerah NTT (2022-sekarang); Bidang Pengembangan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Kota Kupang (2015-2018); dan Ketua Bidang Ekonomi Dharma Wanita Provinsi NTT (2016-2019). (rus)