KABARIKA.ID, MAKASSAR — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPPM Unhas) menggelar Seminar dan Monitoring Evaluasi (Monev) Akhir Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), Kamis (5/12/2024) di Unhas Hotel and Convention.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seminar dan Monev RKI tahun 2024 dihadiri 613 peneliti dari 21 PTNBH dan mitra. Mereka memaparkan hasil dari 192 judul riset kolaborasi.

Program RKI yang telah berjalan sejak tahun 2018, diinisiasi oleh empat PTNBH, yaitu ITB, UGM, UNAIR, dan IPB.

Kini, program tersebut telah melibatkan 21 PTNBH dan menjadi salah satu program unggulan untuk meningkatkan pengakuan global terhadap peneliti dan penelitian Indonesia.

Ketua LPPM Unhas, Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D., Sp.MK(K), dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas penyelenggaraan kegiatan ini.

“Kami di wilayah Indonesia Timur merasa terhormat menjadi tuan rumah kegiatan yang luar biasa ini. Setiap universitas menyediakan anggaran untuk membentuk tim kolaborasi dengan minimal dua perguruan tinggi lainnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penelitian menuju standar internasional,” ujar Prof. Nasrum.

Sebanyak 613 peneliti dari 21 PTNBH dan mitra bertemu dan mengikuti Seminar dan Monev Akhir Riset Kolaborasi Indonesia Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), Kamis (5/12/2024) di Unhas Hotel and Convention. (Foto: Humas Unhas)

Menurut Nasrum, kehadiran 613 peneliti di Unhas merupakan langkah besar dalam memperkuat jejaring kolaborasi lintas fakultas dan universitas, sekaligus memacu penyusunan proposal riset selanjutnya. Bersama, kita dapat berkontribusi bagi kemajuan Indonesia,

Sementara itu, koordinator Forum LPPM PTNBH, Dr. Yuli Setyo Indartono yang juga Ketua LPPM ITB, dalam sambutannya menekankan pentingnya pengembangan keilmuan.

“Kita menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas publikasi ilmiah. Untuk itu, riset kolaborasi seperti ini menjadi krusial dalam mendukung kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dengan kolaborasi yang solid, kita bisa menciptakan riset-riset unggulan yang berdampak global,” kata Yuli.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro, dalam sambutan yang disampaikan melalui cuplikan video mengatakan, penelitian berkualitas tinggi adalah kunci untuk menjawab tantangan global.

Indonesia harus terus memperbaiki kualitas risetnya, lanjut Mendiktisaintek, tidak hanya untuk kebutuhan domestik tetapi juga untuk bersaing di tingkat internasional.

“Tahun 2045 adalah momen penting bagi Indonesia. Dengan kerja keras selama dua dekade mendatang, kita dapat mencapai visi menjadi negara maju yang ditopang oleh riset dan inovasi,” ujar Mendiktisaintek Satryo.

Kegiatan ini diharapkan mampu mempererat sinergi antara peneliti dan institusi, memperkuat reputasi ilmiah Indonesia, serta mendorong pengembangan riset inovatif untuk masa depan. (*/mr)