KABARIKA.ID, MAKASSAR — Penerbitan Kampus (PK) Identitas Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menggelar Ident Talk dengan tema, “Dari Media Sosial ke Aksi Nyata: Anak Muda dan Lingkungan Sehat Berkelanjutan”, Jumat (6/12/2024) di Auditorium Prof. Dr. A. Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas.
Acara ini diikuti ratusan mahasiswa dan merupakan bagian dari peringatan 50 tahun PK Identitas, media mahasiswa tertua di Indonesia dan terus aktif.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dari berbagai bidang, yaitu Direktur Hubungan Eksternal PT Vale Indonesia Tbk, Endra Kusuma; Dosen Teknik Lingkungan Unhas, Nurul Masyiah Rani; Irmawati Puan Mawar dari Society of Indonesian Science Journalists (SISJ); dan Presiden Society Renewable Energy Unhas, Adib Mapparaga.
Sedangkan tampil sebagai penanggap, Kepala Pusat Studi Lingkungan Unhas Prof. Anwar Daud, Selamat Riyadi dari Walhi Sulsel, dan akademisi Unhas Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim.
Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, Prof Dr. Eng Adi Maulana, ST., M.Phil.
Dalam sambutannya, ia menyoroti relevansi tema acara yang mengaitkan media sosial dengan aksi nyata, untuk mendukung pembangunan lingkungan sehat dan berkelanjutan.
“Peran media sosial dalam kehidupan anak muda sangat signifikan. Namun, ada dua sisi yang harus diperhatikan, yaitu dampak positif dan negatifnya. Media sosial harus dimanfaatkan secara bijak untuk menciptakan perubahan yang lebih baik,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya memanfaatkan momentum Indonesia Emas 2045 untuk mendorong generasi muda menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.
Dengan komposisi anak muda yang mencapai enam puluh persen dari total populasi, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju.
Meski demikian, Prof Adi mengingatkan bahwa Indonesia masih berjuang keluar dari status negara berkembang.
“Negara maju seperti Korea dan Jepang bisa menjadi inspirasi, tetapi kita harus mulai dengan memperkuat pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial agar mencapai pendapatan per kapita yang layak di 2045,” ujar Prof Adi.
Dalam acara ini, berbagai isu penting terkait lingkungan dibahas pemateri, seperti upaya-upaya penurunan emisi karbon oleh PT. Vale yang disampaikan Endra Kusuma.
Pentingnya upaya-upaya dekarbonisasi dilakukan untuk menanggulangi dampak pemanasan global, disampaikan oleh Nurul Masyiah Rani.
Nurul menambahkan, program dekarbonisasi yang telah berjalan di Indonesia selama ini, dampak buruknya tak bisa diremehkan karena sangat merusak.
“Ketika suhu bumi meningkat, hal ini akan berdampak pada tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara dunia. Ini tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga geopolitik global,” katanya.
Menurut Nurul, Indonesia di tahun 2030 menargetkan 29 persen reduksi emisi karbon. Indonesia juga telah berupaya meraih target tersebut dengan serangkaian regulasi yang diratifikasi dari berbagai perjanjian internasional.
Sedangkan pemanfaatan energi hijau dan pengurangan pencemaran plastik disampaikan Adib Mapparaga. Perwakilan mahasiswa ini menunjukkan bahwa isu lingkungan, terutama perubahan iklim, menjadi sangat mendesak.
Ada beberapa penyebab kenaikan suhu bumi, seperti penggunaan bahan bakar fosil, energi konvensional, dan pembalakan liar.
“Yang kita perlukan adalah aksi lingkungan,” katanya.
Jurnalis Irmawati Puan memaparkan mengenai pentingnya upaya mengatasi dampak lingkungan yang saat ini semakin parah.
Oleh karena itu, sebagai jurnalis Irmawati mengharapkan anak muda bisa menggunakan media sosial untuk menyebarkan berbagai kampanye terkait isu lingkungan.
“Cerita-cerita isu iklim kalau dibahasakan dan didekatkan ke pembaca melalui cerita, maka pembaca akan terlibat dalam isu itu,” ujar Irmawati.
Tidak kalah menariknya adalah pemaparan para penyanggah. Prof. Anwar Daud menyebut akibat kian meningkatnya emisi karbon di bumi juga berdampak dan mengancam kesehatan umat manusia.
Perwakilan dari Walhi Sulsel menyampaikan data mengenai kian meningkatnya jumlah kasus bencana alam di Sulawesi Selatan akibat dampak pemanasan global.
Penanggap erakhir, Irwan Ridwan Rahim mengimbau agar dekarbonisasi itu jangan dijadikan tujuan, tetapi jadikan sebagai metode dalam mengurangi peningkatan emisi karbon di permukaan bumi. (*/mr)