MEMPERKUAT universitas merupakan jalan kemajuan bagi suatu bangsa dan negara. Barometer untuk mengetahui kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa dan negara adalah dengan melihat universitas.
Oleh: Supratman Supa Athana (Dosen Prodi Sastra Arab dan Sekretaris Bidang Hubungan Internasional PP-IKA Unhas)
Nasib dan tujuan suatu bangsa dan negara ditentukan di universitas. Universitas dapat disebut sebagai lengan negara yang mesti kuat, pusat kristalisasi pemikiran dan produksi pengetahuan, serta tempat lahirnya sumber daya manusia yang menjadi harapan dan kebanggaan negara.
Faktor utama yang menentukan kemajuan suatu bangsa adalah sumber daya manusia, budaya, produksi dan transfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Institusi yang paling efektif dan strategis mewujudkan hal tersebut adalah universitas.
Mengelolah ketiga hal tersebut bukan perkara mudah. Universitas yang dapat mewujudkan ketiga unsur tersebut adalah universitas yang tidak saja seluruh unsur sivitas akademik bersatu tetapi juga universitas yang kuat. Kuat dari berbagai aspek; keteraturan, keilmuan, keuangan, dan kepribadian.
Masalah sumber daya manusia yang lahir dari sebuah universitas adalah mediator yang membimbing umat manusia tidak hanya untuk mendapat penghidupan yang layak secara ekonomi lebih jauh dari itu membimbing umat manusia menuju kepada kebahagian jiwa dan kedamaian spiritual.
Oleh karena itu, selain kegiatan ilmiah dan penelitian ilmiah, universitas juga mengupayakan untuk melatih mahasiswa sedemikian rupa sehingga selain memiliki posisi ilmiah yang tinggi dan profesional yang berkomitmen, mahasiswa harus pula dilatih bagaimana menyebarkan dan mempromosikan budaya yang inspiratif. Pencapaian tujuan tersebut sangat tergantung pada keberhasilan fungsi lain dari universitas.
Inilah perhatian semua pemerintahan di dunia bagaimana mewujudkan dan melahirkan sumber daya manusia dan generasi yang dapat menguatkan dan membanggakan suatu negara.
Dalam hal ini, institusi yang paling efektif memainkan peran kunci untuk mewujudkan manusia yang kuat secara keilmuan dan kepribadian adalah universitas yang memenuhi syarat yang kuat. Dalam istilah Ki Hajar Dewantara adalah manusia seutuhnya.
Manusia seutuhnya lebih dari sekadar seorang alumni yang punya keilmuan dan keterampilan khusus tetapi manusia yang matang secara emosional dan spiritual.
Kiprah seorang manusia seutuhnya adalah bukan untuk mencapai keuntungan materi dan mengambil alih posisi kekuasaan, tetapi untuk mengejar tujuan lebih tinggi yaitu keselamatan bersama baik sesama manusia maupun dengan makhluk Tuhan lainnya. Suatu peran yang sangat sensitif dan tugas yang sangat berat. Tetapi bila ini berhasil diwujudkan oleh universitas maka ini menjadi jaminan kemakmuran suatu bangsa, dan jika menyimpang dari hal tersebut, bangsa itu akan kehilangan harga diri.
Masalah budaya dan pembentukannya butuh peran universitas yang kuat. Hanya universitas yang kuat dan ‘merdeka’ mau melakukan perubahan dan mencoba untuk memproduksi sendiri ilmu pengetahuan dengan jalan mempopulerkan konsep dasar pengetahuan untuk semua bidang dari ilmu hukum, ekonomi, politik, tekhnologi, kesehatan digali dari sumber pengetahuan yang ada dalam tradisi dan warisan budaya kita. Salah satu tugas besar universitas adalah menggali dan menemukan akar keilmuan dari tradisi dan budaya bangsa kita sendiri. Dengan begitu pengetahuan kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Masalah universitas sebagai produsen dan transformer ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang menghubungkan antara pengetahuan modern, lokal dan masyarakat.
Produksi ilmu pengetahuan merupakan fungsi terpenting universitas dalam masyarakat industri modern. Juga, dengan fungsi utama ini, universitas sekaligus agen perubahan dalam masyarakat; Karena produksi pengetahuan memungkinkan teknologi baru dan pertumbuhan serta perluasan teknologi baru yang menumbuhkan masyarakat yang baru.
Universitas juga sebagai transformer ilmu kepada generasi muda dalam rangka melatih lulusan yang terdidik dan melatih sumber daya manusia yang sesuai dengan dinamika masyarakat. Perguruan tinggi dalam masyarakat industri modern tidak hanya menjadi faktor utama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor ekonomi produksi (industri, pertanian, perdagangan), jasa, dll), tetapi juga faktor utama inovasi dan sosial -gerakan budaya dalam hubungan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat.
Semua fungsi dan tujuan keberadaan universitas hanya akan terwujud dengan baik, sekali lagi, bila sivitas akademika universitas bersatu yang dengan itu memungkinkan suatu universitas yang kuat. Sudah menjadi pengetahuan umum dan sunatullah bahwa hanya dengan bersatu dan memupuk persatuan maka suatu komunitas-apapun itu-akan menjadi kuat dan menjadi syarat dasar untuk keberhasilan suatu komunitas dalam menghadapi segala persoalan dan melangkah ke masa depan yang lebih baik. Ketiadaan persatuan atau dalam kalimat yang lain, keterceraiberaian adalah jaminan keterpurukan dan kegagalan suatu komunitas.
Jelasnya simak penggalan pidato
Prof.Dr.Jamaluddin Jompa, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui pemilihan backdrop panggung yaitu perahu pinisi yang sedang mengarungi samudera Benua Maritim mengandung filosofi yang sangat dalam. Untuk sampai tujuan, para pelaut ulung Bugis-Makassar selalu bersandar pada persatuan dan kepatuhan terhadap nakhoda. Sebesar apapun ombak yang dilewati, sekencang apapun angin di perjalanan, pinisi akan melaju perkasa menuju pulau impian.
Olehnya itu saya ingin mengutip peribahasa Bugis-Makassar yang menggambarkan keuletan dan kebulatan tekad untuk mengarungi lautan dalam mencapai misi bersama. ‘Pura babbara sompekku, Pura tangkisi gulikku. Kualleanggi Tallanga Nato’walie’.
Dalam kerangka konsep kepemimpinan seperti itu untuk memahami slogan: ‘Unhasku Bersatu, Unhasku Kuat’ bahwa kekuatan dan semangat yang ada pada semua penghuni perahu akan terwujud efektif bila tetap dalam satu komando. Setiap bidang dapat berinisiasi namun tetap dalam koridor saling kordinasi dan harmonisasi sehingga tekad kuat untuk mencapai cita-cita tak pernah surut walau sudah pasti ada banyak kesulitan yang besar dihadapi, dan sekali lagi, komando tetap pada nahkoda kapal.
Sedemikian itu, kata ‘bersatu’ dan ‘kuat’ pada tagline Unhas tahun 2022 tidak dimaknai dengan konotasi politis sebagaimana yang pernah menjadi bahan perbincangan di group whatsapp Alumni Unhas. Sejatinya mereka merupakan kata netral yang aman untuk dipakai pada institusi apapun termasuk universitas. Semoga pandangan ini dapat menjelaskan dan dipahami keberadaan tagline: Unhasku Bersatu, Unhasku Kuat! (*)