MASA depan Indonesia memprihatinkan. Indikasi memprihatinkan itu dilihat dari lemahnya dukungan pemerintah dan pihak swasta pada kegiatan penelitian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh: Supratman, Ph.D (Kepala Bidang Humas Universitas Hasanuddin)

Semua orang sepakat bahwa kemajuan dan masa depan suatu bangsa sangat bergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan (sains) hanya dapat berkembang bila berbasis pada penelitian yang kuat.

Kondisi suatu bangsa sangat ditentukan pada tingkat perkembangan dan kemajuan masyarakat yang punya hubungan langsung dengan kualitas dan kuantitas kinerja penelitian. Sementara anggaran penelitian baik dari pemerintah maupun pihak swasta sangat rendah di Indonesia. Itu alasan mengapa dikatakan bahwa masa depan Indonesia memprihatinkan.

Minimnya anggaran pemerintah Indonesia untuk penelitian berdasarkan data dari Dr Bruce Michel Alberts adalah empat kali lipat dari besarnya pemerintah Korea berinvestasi untuk penelitian. Hal itu disampaikan Dr Alberts tatkala menyampaikan pidato penganugerah doktor honoris causa dari Universitas Hasanuddin (10/8/2022).

Bahkan anggaran pemerintah Vietnam pun masih lebih besar, apalagi Malaysia jauh lebih besar lagi.

Lebih menyedihkan lagi dari keterangan Dr Alberts bahwa selain anggaran penelitian sangat minim di Indonesia, manejemen dan mekanisme pendanaan pun tidak didesain untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi seorang ilmuwan dan peneliti. “Investasi yang minim itu tidak didesain dengan cara yang benar,” tegas ahli biokimia dari University of California, San Francisco itu.

Wajar bila beberapa tahun terakhir perkembangan Vietnam dan Malaysia dalam banyak hal jauh lebih maju ketimbang Indonesia.

Tragis memang bahwa semua negara telah menjadikan strategi dan kebijakan penciptaan masyarakat berbasis pengetahuan dengan dukungan pada kegiatan penelitian dan pemerintah Indonesia belum memberikan perhatian serius. Sementara untuk penguatan perekonomian dan sektor lainnya harus berbasis penelitian pula.

Dr Albert sebagai salah seorang pelopor dari konsep dan gerakan diplomasi sains maka dapat diduga bahwa keterangan dan data yang disampaikan tersebut bukan sekedar informasi belaka tetapi memiliki tujuan diplomasi. Hal yang mungkin ditafsirkan bahwa bila punya niat yang besar untuk kemajuan bangsa dan negara serta masyarakat Indonesia maka pemerintah Indonesia seharusnya menetapkan suatu kebijakan agar jarak anggaran penelitian tidak terlalu jauh dengan apa yang berlaku di negara industri. Bahkan bila mungkin sama dengan anggaran yang ada di negara maju. Masalahnya pangsa penelitian di Indonesia sangat rendah. Vietnam saja masih lebih baik anggara penelitiannya. Kenyataan ini sungguh sangat tidak pantas.

Pemerintah dan pihak swasta harus punya tekad dan visi yang sama untuk mengurangi kesenjangan bangsa kita dengan negara-negara maju di bidang sains dan teknologi. Sebutlah beberapa negara seperti India dan Jepang, mereka telah membentuk sebuah komite bagaimana membuat negara mereka menjadi negara maju. Kita harus menggunakan ilmu pengetahuan untuk mengurangi jarak kita dengan negara maju dan membentuk semacam asosiasi atau apalah namanya.

Pusat Ilmu dan Penelitian Wallace mungkin sebagaimana disentil Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa tatkala mendampingi Dr Albert pada press conference di Unhas. Tentu saja, pekerjaan ini membutuhkan kemauan dan perencanaan serta eksekusi yang baik.

Apa yang dapat dilihat dari manifestasi peradaban dan kemajuan di negara-negara industri saat ini adalah pencapaian ilmu pengetahuan yang menakjubkan. Peran penting pengetahuan dalam kemajuannya di bidang industri dan teknologi tidak dapat diingkari bahwa semua penemuan dan ilmuwan penemu banyak di antaranya (diakui atau tidak) telah melakukan jasa besar bagi kemanusiaan adalah Barat. Untuk tingkat Asia baru beberapa negara seperti China dan Jepang serta India telah mampu mencapai kemajuan melalui transfer teknologi.

Pengalaman berbagai negara maju menunjukkan bahwa kemajuan sains di negara mana pun bergantung pada dukungan pemerintah dan pihak swasta. Kesiapan pemerintah untuk mendukung penelitian adalah investasi terbesar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan negara. Hubungan yang kuat dan mendalam harus dibangun antara ilmuwan, akademisi, pemikir dengan petinggi negeri, politisi, pengusaha sehingga melalui observatorium ilmiah, pemikiran dan gagasan kedua belah pihak dapat diterjemahkan dan dipahami sehingga tersedia platform yang baik.

Landasan negara dari sudut pandang ilmiah harus diperkuat dan ditingkatkan sedemikian rupa sehingga kita benar-benar dapat mandiri dari segi keilmuan dan siap menjadi negara yang hebat dalam hal bahasa fisik dan virtual.

Menciptakan infrastruktur untuk transfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan industri adalah tugas ilmuwan, akademisi bekerjasama dengan pemerintah serta pihak swasta. Melakukan ini adalah proses yang tidak sederhana, tetapi mungkin dengan dukungan nyata pemerintah secara kreatif ke bidang ini, kita dapat berharap untuk mentransfer ilmu dari universitas dan pusat ilmiah ke masyarakat umum dan industri. (*)