Dalam sepuluh tahun terakhir, Kampung Bakunge sangat sering disebut-sebut, bukan karena namanya mirip seperti Bunga Bakung yang melegenda itu. Namun lantaran Sulaiman bersaudara. Mulai disebut di tingkat nasional saat Andi Amran Sulaiman diangkat menjadi Menteri Pertanian Republik Indonesia oleh Presiden Jokowi pada 2014.
Oleh Yarifai Mappeaty, Alumni Unhas
Bakunge adalah sebuah kampung kecil yang terletak di Selatan Bone. Kira-kira berjarak 65 km dari Kota Watampone, atau kurang lebih 150 km dari Kota Makassar. Meski terkesan jauh namun dapat diakses dengan mudah. Terutama karena letaknya dilintasi sebuah jalan poros yang menghubungkan Sinjai dengan jalan poros Makassar – Bone di Ujung Lamuru, Bengo.
Kampung itu disebut kecil karena jumlah penduduknya memang tak terlalu besar. Rumah-rumah penduduk yang berjejer di kiri kanan jalan, hanya sekitar seratusan. Kendati begitu, secara ekonomi, Bakunge tampaknya sebuah kampung yang cukup maju. Coba tengok rumah-rumah penduduk, selain besar-besar, juga tak sedikit yang memiliki garasi untuk kendaraan roda empat.
Dalam sepuluh tahun terakhir, Kampung Bakunge sangat sering disebut-sebut, bukan karena namanya mirip seperti Bunga Bakung yang melegenda itu. Namun lantaran Sulaiman bersaudara. Mulai disebut di tingkat nasional saat Andi Amran Sulaiman diangkat menjadi Menteri Pertanian Republik Indonesia oleh Presiden Jokowi pada 2014.
Seperti Bunga Bakung sejenis Lily of the Valley yang harum, wangi Kampung Bakunge pun makin merebak semenjak Andi Sudirman Sulaiman dilantik menjadi Gubernur Sulawesi Selatan pada Maret 2022 lalu, juga oleh Presiden Jokowi.
Apa hubungannya? Kampung Bakunge adalah kampung halaman Andi Amran dan Andi Sudirman. Bahkan bagi dua sosok bersaudara itu, Bakunge bukan hanya tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan, tetapi memang tempat mukim keluarga besarnya secara turun-temurun. Sehingga tak salah jika mereka disebut sebagai asli anak kampung Bakunge.
Beberapa waktu lalu, tepatnya 13 Agustus 2022, penulis berkesempatan berkunjung di Bakunge, mengikuti IKA Unhas yang sedang menggelar kegiatan bakti sosial (baksos). Kegiatan itu, selain dihadiri Andi Amran Sulaiman, Ketua Umum IKA Unhas, dan Bupati Bone, juga dihadiri oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
Tak pelak, kampung kecil itu pun dilanda hiruk-pikuk. Terlebih kegiatan itu turut dimeriahkan oleh gelar panggung hiburan yang mendatangkan seorang artis jebolan Liga Dangdut Indonesia, Nia LIDA.
Tapi tak kalah menarik adalah tingginya animo dan antusiasme masyarakat, sehingga seluruh rangkaian kegiatan baksos IKA Unhas dapat terlaksana dengan baik. Bahkan nyaris semuanya melampaui target, terutama pemeriksaan katarak dan bibir celah dan langit-langit. Tak heran kalau Husni Thamrin, Ketua Panitia Baksos, sampai penulis temukan tepar di dalam sebuah tenda komando.
“Ini kampungnya Pak Gub dan dan Ketum IKA, kakanda, sehingga kegiatan ini tidak boleh tidak sukses,” ucap Husni serius sewaktu penulis menemuinya.
Seperti apa apresiasi masyarakat Bakunge terhadap kegiatan Baksos IKA Unhas? Pegawai senior di lingkup Dinkes Sulsel itu, lalu mengajakku ke tenda screening penyakit. Di sana saya mengobrol ringan dengan beberapa pasien yang telah dinyatakan positif. “
“Sudah lama saya mau operasi, tapi belum ada biaya, pak. Untungnya ada Puang Amran, sehingga bisa segera operasi,” kata salah seorang pasien katarak dengan haru.
Keluar dari tenda screening, saya lalu mengorek Husni mengenai biaya operasi. Menurutnya, “Untuk operasi bibir celah dan langit-langit, akan dirujuk ke rumah sakit pemerintah sesuai arahan Pak Gubernur.” Kemudian sambungnya lagi, “Untuk biaya operasi katarak, IKA Unhas akan bekerja sama dengan AAS Foundation.”
AAS Foundation adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh Andi Amran untuk kemanusiaan. Artinya, biaya operasi yang diperlukan tetap saja bersumber dari kantong pribadinya sendiri.
Tak lama berselang, saya kemudian meninggalkan Husni, pergi mencari penjual kopi. Di depan seberang Masjid Jami Al- Hikmah, sembari menikmati minum kopi siang bolong, saya juga iseng-iseng menghitung berapa besar biaya yang diperlukan, misalnya, untuk biaya operasi katarak.
Coba kita hitung, jika ada 50 pasien dengan biaya operasi rata-rata 5 juta rupiah, maka Andi Amran bakal merogoh koceknya sebesar 250 juta rupiah. Wow….!
Sementara itu, dari atas panggung lapangan sepak bola Bakunge, bagi-bagi hadiah bernilai hingga jutaan rupiah, belum henti-henti juga.
“Jangan heran, pak. Puang Amran memang begitu. Acara seperti itu, baginya hanya modus untuk berbagi,” ujar seseorang di sebelahku. Mendengar cara bicaranya, ia warga setempat yang berpendidikan lumayan bagus.
Di tengah keramaian itu, tiba-tiba saya merasa aneh. Sebab biasanya, setiap ada acara di kampung itu, pasti ada anak muda bergerombol di pinggir jalan. Tetapi di sini, saya tak melihatnya. Kemana mereka? Jawaban atas keanehan itu, saya temukan kemudian di rumah tempatku menginap.
“Mereka semua di Konawe Utara bekerja di tambang, pak,” kata Ami Astuti, sang pemilik rumah. “Oh…..,” gumamku. Satu lagi informasi tentang sosok Andi Amran yang membuatku respek. Saat berada di puncak pencapaiannya secara sosial dan ekonomi, masih tetap saja tak lupa untuk memberdayakan anak muda dari kampung halamannya.
Ami Astuti bahkan bercerita lebih jauh, bahwa setiap pulang kampung, Andi Amran tak jarang berkeliling untuk berbagi. Ia selalu punya cara untuk memberi kepada orang-orang yang ditemuinya.
Kampung kecil itu sungguh beruntung memilikinya.
Makassar, 15 Agustus 2022