Oleh Anno Suparno
(Pengurus PP IKA Unhas Bidang Komunikasi dan Media)
SAYA adalah satu di antara serabut alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) yang pada tahun ini jumlahnya mencapai lebih dari 200 ribu alumni yang telah menamatkan studinya di kampus berlabel Jiwa Hasanuddin tersebut. Mengapa kusebut serabut sebab pada hakikatnya saya hanyalah sekadar numpang kuliah, meraih pendidikan dan tentu berbeda dengan alumni Unhas lainnya yang setiap saat berpikir, bertindak untuk ke Unhasannya walau telah alumni.
Dan hari ini, Kamis, 23 Maret 2023, IKA Unhas telah berusia 60 tahun, pun kuketahui bukan sebab membuka lembaran harian tentang IKA Unhas, tetapi lebih pada berseliwerannya twybbon HUT IKA Unhas yang menyertakan foto Dr. Andi Amran Sulaiman, nakhoda IKA Unhas yang terpilih pada medio Maret 2022. Walau usia 60 tahun, tetapi bagi saya IKA Unhas justru jauh lebih muda. Dan pada setiap artikulasi tentang muda, maka semua orang tau jika Muda Itu berbahaya!
Sebelum menanjak pada usia 60 tahun IKA Unhas, keberadaan organisasi ini lebih banyak berkiprah di Jakarta sebab sepanjang kala itu HM Jusuf Kalla adalah Ketua IKA Unhas. Dua kali Wakil Presiden dari dua presiden yang berbeda rasanya tak ada catatan lain di dunia ini tentang seorang ketua organisasi sekelas alumni, tetapi dapat menduduki jabatan prestesius tersebut kecuali mantan Ketua IKA Unhas Jusuf Kalla alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas. Banyak cerita dan keberhasilan tentu mewarnai perjalanan JK bersama pengurus lainnya saat menakhodai IKA Unhas di ibu kota negara DKI Jakarta.
Tulisan ini dipersingkat. Lalu tibalah akhirnya pilot IKA Unhas berpindah dari Jusuf Kalla ke Andi Amran Sulaiman atau karibnya AAS. Menteri Pertanian 2014-2019 tersebut resmi nakhodai IKA Unhas pada 6 Maret 2022, setahun yang lalu.
Sorak sorai tentang The New IKA Unhas di tangan eks anak pondokan tersebut mewarnai awal perjalanan AAS sebagai Ketua PP IKA UH. Tentang kepengurusan, tentang kemunduran dari ibu kota negara ke ibu kota provinsi, kembali ke kampung, turun kelas, termasuk sosok AAS yang tiba-tiba masuk gelanggang IKA Unhas kemudian mendapat kepercayaan mayoritas terdapuk sebagai pilot IKA Unhas 2022-2026. Ramainya bukan kepalang! Setiap isu sedetik akan terbahas oleh WAG Unhas hingga sepekan. Tetapi bagi alumni Unhas hal itu adalah candu dan bagian dari riang gembira. Termasuk pemikiran akan terbantarnya organisasi ini dalam perjalanan politik praktis.
Sebagai mantan Tim Komunikasi dan Jubir Mubes IKA Unhas lalu, penulis cukup menikmati keriangan dan kegembiraan ala alumni Unhas itu. Setiap saat saya terbawa irama lalu bertindak sebagai dirigen sebab diskursus tentang IKA Unhas wajib untuk diramaikan, wajib untuk kita bahas bersama sebab IKA Unhas adalah rumah bagi alumni Unhas. Di mana pada akhirnya kita akan kembali ke rumah itu. Kadangkala memainkan teori komunikasi yang dikembangkan oleh Mc Combs dan Shaw, yakni teori agenda setting, di mana memberikan tekanan pada suatu peristiwa atau kasus tertentu yang kelak akan memberikan efek yang sangat kuat dalam mempengaruhi asumsi publik terkhusus IKA Unhas.
Efek ini pun terasa sebab gema IKA Unhas bagaikan gelombang radio AM yang dapat menembus tebing dan gunung untuk sampai pada telinga alumni Unhas hingga di pelosok. Melalui gelombang itulah, tentang ke-IKA-Unhasan terus bermain dalam pikiran setiap alumni yang disebut “theater of mine”. Sehingga tidak mengherankan jika alumni Unhas di setiap kabupaten, kota, provinsi, departemen hingga fakultas memiliki semangat yang sama untuk kembali ke rumah alumni Unhas.
Saya mengira hal ini sengaja dibangun oleh Ketua Umum IKA Unhas AAS sebelum dia menerbangkan IKA Unhas sekelas Garuda Airlines pada ketinggian 34 ribu kaki dari permukaan laut. Penulis merasai, AAS baru menerbangkan pesawat IKA Unhas pada ketinggian 15 ribu kaki, ibaratnya belum gasfull. AAS ingin melihat IKA Unhas lebih dulu menyeruak pada titik tertentu seantero Indonesia sebelum menjalankan tombol automatic.
Salah satu diskursus yang menarik ketika muncul argumen bahwa IKA Unhas turun kelas sebab kepengurusan IKA dalam hal ini PP IKA Unhas terbang dari episentrum pusat kekuasaan Indonesia menuju ke kampung dalam hal ini Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada satu hal memang pameo ini ada benarnya sebab sekitar 20 tahun lebih PP IKA Unhas berdomisili di Jakarta, tepat di jantung kota DKI Jakarta. Segala hal tentang efektivitas kegiatan, brand tentang IKA Unhas, gengsi tentang alumni tentu akan lebih terasa jika PP terletak di ibu kota negara ketimbang provinsi. Tetapi pada dalil lain kehadiran IKA Unhas di pusat episentrum kampus Unhas tentu memiliki semangat yang berbeda.
Kehadiran IKA Unhas di Makassar, kota berdirinya Unhas sebagai sebuah kampus justru semakin memberi warna lain bagi para alumninya yang tersebar di berbagai kota dan daerah, khususunya Indonesia Timur. Mereka merasa semakin dekat dan semakin lekat sehingga gelora ke alumnian meningkat. Bukankah dapat terlihat pada detik ini alumni-alumni Unhas pada tingkat kabupaten dan provinsi berlomba-lomba untuk sesegera mungkin membentuk IKA Unhas Wilayah atau Daerah.
Pun pada IKA Unhas Fakultas semakin aktif merapikan kepengurusan dan pendataan alumni. Pada bagian ini, secara otomatis AAS telah sukses membangun semangat itu sehingga penulis melihat AAS mulai masuk lagi pada fase lain, yakni person ke alumnian. Hal ini dapat kita lihat pada setiap program yang telah dan mulai berjalan.
Pada beberapa kesempatan penulis melihat secara langsung bagaimana letupan-letupan AAS yang kerap menyentuh person alumni Unhas untuk berusaha, maju, berkembang dan mandiri. Seperti prinsip yang melekat pada dirinya.
AAS bahkan tak segan mempertontonkan foto-fotonya kala dia sedang kuliah dan tidur pada sebuah pondokan di bilangan Tamalanrea Unhas. Hanya mengenakan celana jeans, tidur beralaskan seprei butut, lantai tak berterpal hingga makan apa adanya.
Sesekali pula AAS menceritakan perihnya perekonomian dirinya kala kuliah. AAS ingin menyampaikan bahwa petikan pengalaman perjalanan hidup itu mengantar seseorang untuk menjadi sukses, asalkan penuh semangat, fokus dan gigih. Maka pada sisi inilah, AAS mulai menyentuh person ke alumnian Unhas, yakni pada mereka yang hendak maju, berkembang dan berusaha.
Tengoklah ketika PP IKA Unhas mencanangkan program UMKM berlabel “Business Matching” di mana diikuti sekitar 300-an pelaku UMKM alumni Unhas. “Sederhana rumusnya. Jujur, konsisten, ubah pola pikir” tandas AAS seraya meyakinkan bahwa yang membuat sukses adalah karakter.
Lalu beberapa hari setelahnya, AAS kembali menggoreskan karakter dan prinsip kepada pelaku bisnis kopi pada Hari Kopi Nasional. Kegiatan ini bukanlah sekadar seremoni belaka tetapi ada sesuatu pesan yang hendak dicapai oleh AAS adalah bagaiamana alumni Unhas melalui UMKM dapat menembus pasar internasional. AAS bahkan berani menjamin alumni Unhas untuk mendapatkan kredit melalui perbankan, termasuk membukakan rute perjalanan ekspor secara internasional.
“Masa depan Indonesia sekarang di Timur, jika SDA kita garap maka Indonesia bisa menjadi negara super power”.
Kutipan ini kerapkali terlontar dari mulut AAS pada setiap kesempatan ia berpidato untuk menumbuhkan tonikum pada setiap peserta yang hadir. Pada beberapa kesempatan satire satire menggoda dari AAS terlontar di setiap perhelatan dan berkumpulnya alumni-alumni Unhas.
Ketua Umum IKA Unhas ini tak pernah lepas meletupkan spirit, kegairahan, semangat dan mendorong para alumni Unhas untuk terus maju dan berkembang. Sampai di sini, saya belum melihat bahwa organisasi ini telah masuk pada ranah politik praktis. IKA Unhas dalam perjalanan setahun bersama AAS masih konsen pada pembenahan atau merapikan manajemen organisasi, program serta sedang pada fase menyatukan visi dan misi AAS ke dalam tubuh organisasi IKA Unhas.
Yang terakhir tentulah tidak mudah sebab pada usia 60 tahun IKA Unhas sudah terdapat sederet visi dan misi para ketua sebelumnya sehingga AAS tentu tak semudah membalikan telapak tangan untuk mensinkronkan visi dan misi tersebut. Tetapi melalui semangat dan prinsip AAS, saya yakin bakalan tak lama lagi visi itu akan nyetel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa 60 tahun IKA Unhas “Bersama AAS Akan Semakin Muda”.