(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
JENDERAL Soesilo Bambang Yudhoyono, Jenderal Kostrad ternama di Indonesia, meminta penugasan dari Jenderal Prabowo Subianto, Jenderal Kopassus ternama, ya sebuah penugasan. Itu disampaikan SBY dalam closing speech pada acara Silaturahmi Partai Koalisi Indonesia Maju, di Hambalang, kemarin.
Dalam pidatonya tersebut, SBY mengatakan kesetiaannya pada Prabowo sejak di dalam hati. Tidak mendua. Sebagai mantan presiden dan pemimpin koalisi parpol pendukungnya, 10 tahun, SBY mengatakan dalam koalisi saat ini dia adalah anggota koalisi. Konsekwensinya, untuk itu, dia mengatakan bahwa dia akan loyal dan setia penuh pada Prabowo, dalam visi, agenda dan program-program pembangunan.

Bahkan, lanjut SBY, insya Allah dukungan dia bukan hanya 5 tahun, tapi berlanjut sampai 10 tahun ke depan.
Sebagai penutup acara koalisi parpol tersebut tentu saja penghormatan terbesar diberikan Prabowo kepada SBY, rivalnya sejak berkarir di militer di era Orde Baru. Ini selain bisa menunjukkan “keutuhan” simbolis baret merah dan baret hijau kalangan militer, juga menunjukkan keutamaan SBY dibandingkan Jokowi di forum tersebut. Tentu saja memang harus demikian, karena jika Jokowi diberikan forum terhormat itu, maka kewibawaan KIM akan hancur nantinya.
Saat ini, selain diketahui Jokowi kurang wawasan dibandingkan SBY dan Prabowo, sebagaimana kita ketahui, rakyat juga sudah ingin Jokowi diadili atas berbagai kebijakannya di masa pemerintahannya. Kekurangan wawasan Jokowi juga terlihat dari pidatonya tadi di HUT Gerindra, yang mengatakan Prabowo tidak berani dikritik karena kuat, sebaliknya dia dikritik terus karena lemah saat ini. Padahal kritik mengkritik terjadi karena, antara lain, seseorang pemimpin itu koruptor atau bukan.
Prabowonomics vs. Sbynomics
Prabowonomics adalah definisi paradigmatik, prinsip-prinsip, model pembangunan dan berbagai agenda kemakmuran yang dicetuskan oleh Prabowo Subianto. Hal ini dapat kita deskripsikan dari buku-bukunya, kampanyenya (seperti Asta Cita), pikiran bapaknya sebagai pendiri Partai Sosialis Indonesia, pikiran kakeknya sebagai pendiri koperasi di Indonesia dan 100 hari pertama pemerintahannya. Ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, pertama, Ekonomi Pancasila. Dalam pandangannya di Bappenas akhir tahun lalu, Prabowo menjelaskan bahwa dia penganut ekonomi Pancasila.
Ekonomi Pancasila adalah meramu unsur yang terbaik dari Planned Economy (Ekonomi Terencana) dan mengambil yang baik dari sistem ekonomi liberal. Ekspansi secara besar-besaran yang dilakukan Prabowo dalam makan bergizi gratis (MBG), dengan memangkas berbagai anggaran sektor lainnya, menunjukkan mimpi sosialistik pembangunan kita. Meskipun mix ekonomi dikenal di barat, seperti “Third Way” di Eropa atau “New Deal” di Amerika, namun pilihan Prabowo ini lebih mengarah ke sosialisme negara-negara Skandinavia.
Sbynomics sendiri bersandar pada 3 hal, Pro Growth, Pro Job dan Pro Poor. Jika kita menarik rentang garis, maka paradigma Sbynomics lebih kanan dari tengah, sebaliknya Prabowonomics, lebih kiri dari tengah. SBY melihat pembangunan itu dalam paradigma “Growth and equity”, sedikit juga ke arah “growth then equity”. Sebaliknya, Prabowo melihat pembangunan dalam paradigma “Growth through equity”.
Pilihan Prabowo ini bisa disejajarkan dengan pikiran Xi Jinping ketika meluncurkan kampanye “Common Prosperity”. Xi melakukan pekerjaan sosialisme besar-besaran, 2021, setelah China berhasil menghancurkan kemiskinan di bawah 0,5% (dari 90% tahun 1978). Sosialisme ini adalah “merampok” orang-orang kaya China seperti Ali Baba, Tencent dan lainnya untuk mengeluarkan ratusan triliun kepada rakyat miskin mereka. Selain itu mewajibkan orang-orang kaya itu menciptakan lapangan kerja yang mensejahterakan.
Sebab, menurut Xi, tugas negara bukan saja menghilangkan kemiskinan, tetapi juga membuat kesenjangan menipis. Dalam ideologi “Common Prosperity”, ajaran moralnya adalah semua perusahaan kaya dan orang kaya China tidak boleh mengkhianati b