Oleh ๐๐ช๐ ๐๐๐จ๐ข๐๐ฃ
SEBENTAR malam Nuzulul Al-Qurโan.
Setiap 17 Ramadhan selalu diperingati sebagian besar umat Islam, adalah momen penting untuk merenungkan turunnya Al-Qurโan sebagai petunjuk hidup.
Al-Qurโan datang membawa pesan-pesan Ilahi (risalah Illahiyah) untuk umat manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW.
Testamen dan instruksinya indah sekali, tidaklah berbeda dengan risalah yang dibawa oleh Nabiyullah Daud as, Musa as, dan Isa as dan Rasulยฒ lainnya. Risalahยฒ itu semuanya mentauhidkan Allah Swt.
Saudaraku,
Datangnya Al-Qurโan, bukalah pintu hatimu untuk membacanya agar bisa menyerap segala hikmah yang terkandung di dalamnya.
Ya, bacalah Al-Qurโan dan baca lagi, serta terus-meneruslah membaca Al-Qurโan tanpa henti.
Sebab, di dalam Al-Qurโan terdapat jawaban kumulatif.
Di dalam Al-Qurโan, hadir cahaya tanpa batas.
Di dalam Al-Qurโan tersedia aneka intan โkebajikanโ yang berkilau. Siapa pun yang menyelaminya akan basah โRahmatโ di relung jiwanya.
Al-Qurโan pun hadir sebagai Kompas, pedoman arah kemana jalan yang hendak dituju.
Al-Qurโan muncul untuk membimbing manusia agar tidak terjatuh.
Al-Qurโan menampakkan diri guna menuntun manusia agar tidak tersesat.
Oleh sebab itu,
Wahai yang masih raguยฒ!
Bacalah, resapilah, amalkan. Biarkan ia menjadi cahaya penuntunmu.
**
Dulu, pertama kali saya belajar membaca Al-Qurโan oleh Nenek Tenri, ketika itu masih kelas satu di SD 5 Bila.
Luar biasa, Nenek Tenri yang berusia kurang lebih 70 tahun itu masih bisa mengajar baitยฒ Al-Qurโan tanpa bantuan kacamata.
Nenek Tenri masih menggunakan metode tradisional yang saling berhadapan dgn anak didiknya.
Saya belajar mengaji Alif Ba Ta Tsa Jim Ha Kho, kurang lebih 2 (dua) tahun baru bisa tamat.
Kok lama sekali tamatnya?
Karena jarang sampai di rumah Nenek Tenri belajar mengaji.
Mendingan pergi Maggoloโ sama Logรชโ, La Hamiโ na La Karรชโ di halaman SD 5 Bila.
Kala itu, aku masih jemu alias bosan melihat huruf demi huruf Al-Qurโan yang mirip ulat-ulat meliuk-liuk.
Lalu cara membaca Al-Qurโan pun memusingkan kepala, dari kanan ke kiri. Bukan kiri ke kanan ala tulisan Indonesia.
Mungkin inilah penyebabnya jika orang Arab ke Indonesia tidak mau beli sarung sutra. Sebab, setiap sarung sutra selalu bertuliskan โDijamin Tidak Lunturโ.
Tapi, orang Arab membaca tulisan dari arah kanan ke kiri, jadi bacanya โLuntur Tidak Dijaminโ.
Kala itu, upahnya belajar mengaji sama Nenek Tenri, hanya mengisi air ke dalam โBรชmpaโ sampai penuh (sejenis gumbang).
Mallรชmpaโ waรชโ kaโ bรชkka dua siesso: Boro katuntung salรชngka รช, bukkuโ lekkeโ รช.
Masya Allah,
Ternyata belajar mengaji di waktu kecil bagai mengukir di atas batu.
Andai bukan Nenek Tenri mengajarkan alegori & iktibar Al-Qurโan di masa kecilku, Nappakku Lopรชroโ.
Syahdan, kerap kali aku membaca Al-Qurโan selalu kudoakan Nenek Tenri, sang guru mengajiku. Allahummaghfirlaha, smg beliau tenang disisi-Nya. Amiiiin
๐ญ๐ฒ ๐ฅ๐ฎ๐บ๐ฎ๐ฑ๐ต๐ฎ๐ป ๐ญ๐ฐ๐ฐ๐ฒ ๐