Oleh: 𝙎𝙪𝙛 𝙆𝙖𝙨𝙢𝙖𝙣

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

MANUSIA tempatnya salah dan lupa, demikian sebuah alegori klasik.

Hampir semua orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya, sebab tidak ada manusia sempurna nan paripurna, selain delegasi Nabi dan Rasul.

Justru orang tidak pernah berbuat kesalahan, diyakini PASTI tidak pernah mengerjakan sesuatu.

Aku mengimani, tidak selamanya orang membumikan kesalahan dapat dipandang nista.

Nabi Musa as pernah berbuat kesalahan dengan meng-smackdown pemuda Mesir, sekali pukulan “Pajjagguru’ Subhana” Langsung Tallitta’ Mabela, mati terkapar anak buahnya Fir’aun. (QS. Al-Qashash: 15)
Namun, Nabiyullah Musa berujung diampuni dosanya. Daripada tidak membunuh orang, tapi berakhir ‘kesalahan dosa’ tidak terampuni.

Lagi-lagi sederet manusia agung nan muhtasyam pernah meng-akumulasi aneka kesalahan: dari episode kesalahan ke segmen kesalahan berikutnya.
Impresif mereka menemukan jauhar kebenaran menggembirakan, sep Umar bin Khattab, Khalid bin Walid.
Sang tokoh mengharumkan Islam dengan memperluas penyebaran ajaran sucinya, berangkat dari bunga rampai kesalahan demi kesalahan diperbuatnya.

Ya, bagi orang cerdas ada momen tertentu kesalahan bisa di fill up sebagai medium untuk berubah dan meningkatkan kualitas diri agar menjadi pribadi lebih bermartabat, dan berbudi luhur.

Aku menduga, hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih impresif daripada selalu merasa benar, tapi tidak melakukan apa-apa.

Saudaraku,
Ketahuilah, Reka Cipta tidak akan berharga bila tidak terbalur kesalahan sebelumnya.

Mestinya, kesalahan yang bisa dianggap besar itu ketika orang terlalu sibuk mengurusi kesalahan orang lain. Inilah kesalahan orisinil!

Kesalahan yang sesungguhnya,
Kesalahan kolosal superior dari semua kesalahan Bellang Pori’ yang ada.

Di sekitar kita ada yang suka menebar kesalahan orang lain.
Kesalahan kecilnya orang, diperbesar menganga.

Aku pernah melihat makhluk model ini, potret mirip uang receh Rp 100; bermuka dua dan nilainya juga tidak seberapa.
Malah, nomor sepatunya pun mudah ditakar jauhnya melangkah.

Hidup Tuhan yang menentukan,
Kita yang jalani, giliran orang lain yang mengomentari alias Mappotê-potê.
Eksesif!

Berbuat kesalahan adalah kekurangan manusia, namun belajar dari kesalahan merupakan kelebihan manusia.

Bukankah kesalahan merupakan guru terbaik dalam kehidupan?

𝟮𝟰 𝗥𝗮𝗺𝗮𝗱𝗵𝗮𝗻 𝟭𝟰𝟰𝟲 𝗛