KABARIKA.ID, JAKARTA — Di tengah tekanan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan meningkatnya kebutuhan pangan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya mewujudkan swasembada pangan, yang menjadi bagian dari agenda prioritas pembangunan. Bayer, perusahaan Life Science yang berfokus pada kesehatan dan pertanian, menggelar program edukatif perdana bertajuk ‘The Science Behind: Food Security.’
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Acara ini menghadirkan narasumber ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan menyoroti pentingnya percepatan adopsi bioteknologi sebagai solusi ilmiah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Prof. Bambang Prasetya, Peneliti Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN menegaskan bahwa bioteknologi merupakan salah satu solusi strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

“Bioteknologi berperan penting dalam menekan potensi kehilangan hasil panen atau gagal panen yang dihadapi petani, sekaligus menjadi solusi terhadap tantangan krusial seperti perubahan iklim, penurunan kualitas lahan, dan serangan hama. Dengan pengembangan yang bertanggung jawab dan berbasis kebutuhan lokal, teknologi ini dapat mendorong sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Kolaborasi antara lembaga riset dan sektor swasta seperti Bayer berperan penting dalam mempercepat adopsi teknologi yang aman, terbukti, dan bermanfaat langsung bagi petani di lapangan.” ujarnya, Kamis (19/6/2025).
Prof Bambang menambahkan, pertanian Indonesia saat ini masih tertinggal sekitar 15-20 tahun dibandingkan dengan negara-negara tetangga dalam hal pemanfaatan benih teknologi. Diharapkan dengan mulai digunakannya benih jagung bioteknologi, ketahanan pangan nasional dapat terwujud.
Sejalan itu, Yuchen Li, Presiden Direktur Bayer Indonesia & Country Commercials Lead Indonesia and Malaysia menyampaikan, “Tantangan multidimensi yang dunia hadapi saat ini menuntut sektor pertanian untuk bertransformasi. Cara-cara tradisional tidak lagi mencukupi. Diperlukan terobosan berbasis ilmu pengetahuan, salah satunya melalui pemanfaatan bioteknologi di bidang pertanian. Bayer berkomitmen penuh untuk mendukung ketahanan pangan nasional melalui inovasi ilmiah yang bertanggung jawab, serta membangun kolaborasi erat dengan pemerintah, komunitas ilmiah, dan para petani di lapangan.”
Selama 68 tahun kehadirannya di Indonesia, Bayer terus mendorong inisiatif dan inovasi berbasis sains untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong ketahanan pangan nasional. Salah satunya, melahirkan benih jagung bioteknologi DK95R (diluncurkan pada 2023), yang telah membantu petani meningkatkan pendapatan hingga 30% berkat hasil panen lebih tinggi dan pengurangan biaya input.
Dibandingkan dengan benih jagung konvensional, DK95R toleran terhadap herbisida. Herbisida dapat digunakan untuk pengendalian gulma dalam benih jagung DK95R tanpa merusak tanaman jagung. Keunggulan seperti ini menunjukkan potensi besar bioteknologi dalam mendukung praktik pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Terkait aspek keamanan hayati, Woro Umayi Ananda, Regulatory Science Manager Seed & Traits Bayer Indonesia menegaskan bahwa produk bioteknologi Bayer dikembangkan dengan standar keamanan hayati tertinggi dan melalui proses yang sangat ketat.
“Di Bayer, kami tidak hanya fokus pada inovasi teknologi, tetapi juga memastikan bahwa setiap tahap pengembangannya memenuhi standar keamanan yang berlaku, termasuk keamanan pangan, pakan, dan lingkungan. Proses pengembangan benih bioteknologi tidaklah instan – dibutuhkan waktu 12 hingga 16 tahun untuk riset, uji coba, serta proses persetujuan regulasi sebelum satu varietas dapat dipasarkan. Oleh karena itu, kami berkoordinasi dengan BRIN dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan bahwa setiap inovasi yang kami hadirkan aman, sesuai regulasi, dan merupakan bentuk dukungan Bayer yang benar-benar memberi manfaat bagi petani lokal,” jelas Ayi.
Aditia Rusmawan, Agriculture Affairs & LTO Lead Bayer Indonesia memaparkan, Bayer secara aktif mendorong penerapan teknologi ini di lapangan melalui kemitraan lintas sektor, termasuk di Program Penanaman 1000 Ha Jagung Bioteknologi bersama KADIN dan Kementerian Pertanian melalui ekosistem Better Life Farming (BLF).
“Kami melibatkan para petani binaan dari program BLF untuk mengimplementasikan langsung teknologi benih jagung bioteknologi di lahan demonstratif seluas 1.000 hektar yang terletak di tiga provinsi NTT, NTB dan Sulsel. Hasil dari demoplot di berbagai wilayah menunjukkan performa yang sangat menjanjikan. Rata-rata produktivitas mencapai 8,3 ton per hektar, hampir dua kali lipat dibandingkan varietas konvensional. Dari sisi ekonomi, Return on Investment (ROI) juga meningkat, terutama karena efisiensi dalam pengendalian gulma dan produktivitas yang lebih tinggi. Inisiatif ini diharapkan bisa menjadi model replikasi yang mempercepat transformasi pertanian Indonesia,” papar Aditia.
Pada program tahap pertama 1000 ha Jagung Bioteknologi di lahan seluas 350 hektar, hasil ubinan yang disaksikan Petugas Penyuluh Lapangan dari Kantor Dinas Pertanian setempat di berbagai titik di 2 lokasi utama di kabupaten Sumbawa dan Dompu mencapai 13 – 15 ton per hektar dengan kadar air 17%. Sementara rata-rata nasional produktivitas jagung antara 4-5ton/ha pipilan kering. Diharapkan dengan produktivitas hasil panen yang mencapai di atas 10 ton per hektar, petani dapat memiliki daya tahan terhadap fluktuasi harga komoditas dan juga memiliki kesejahteraan yang lebih baik. (*)