KABARIKA.ID, MAKASSAR — Sebuah studi baru menunjukkan bagaimana latihan sederhana dapat memprediksi penyebab kematian alami dan kardiovaskular.
Para peneliti ingin melihat apakah kebugaran fisik non-aerobik, yang dinilai dengan tes duduk-bangun, dapat memprediksi kematian dini pada orang setengah baya dan lebih tua.
Hasil studi mereka dipublikasikan di European Journal of Preventive Cardiology, pada Rabu (18/06/2025).
Mereka menguji teori tersebut pada 4.282 orang dewasa berusia 46-75 tahun dari tahun 1998 hingga 2023. Sebagian besar peserta atau 68 persen, adalah laki-laki.
“Tidak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan keterbatasan fisik atau klinis yang relevan untuk pengujian kebugaran,” kata para peneliti.
Semua peserta melakukan tes duduk-bangun untuk mengevaluasi komponen utama kebugaran fisik non-aerobik, yaitu kekuatan/tenaga otot, fleksibilitas, keseimbangan, dan komposisi tubuh.
Tesnya sederhana, tetapi tidak selalu mudah. Peserta harus duduk dan berdiri dari lantai tanpa menyentuh lantai dengan bagian tubuh lain seperti tangan, siku, atau lutut.
Instruksi mereka adalah sebagai berikut: “Tanpa mengkhawatirkan kecepatan gerakan, cobalah untuk duduk dan kemudian bangkit dari lantai, menggunakan dukungan minimum yang Anda yakini diperlukan,” tulis penulis studi tersebut.
Jika peserta menggunakan anggota tubuh untuk menopang, mereka akan kehilangan poin.
Mereka juga perlu menyeimbangkan diri karena kehilangan keseimbangan sebagian akan menurunkan skor mereka.
Para peneliti menemukan bahwa kebugaran fisik non-aerobik merupakan prediktor signifikan terhadap mortalitas alami dan kardiovaskular pada peserta.
Direkomendasikan
Setelah menindaklanjuti pasien sekitar 12 tahun kemudian, peneliti menemukan ada 665 kematian karena penyebab alami.
Mereka yang mendapat skor sempurna 10 poin pada tes duduk-berdiri memiliki tingkat kematian sebesar 3,7 persen.
“Tingkat kematian meningkat tiga kali lipat menjadi 11,1 persen untuk orang dengan skor 8 poin dan meningkat drastis sebesar 42,1 persen untuk mereka yang mendapat skor 0 hingga 4 poin,” ungkap para peneliti.
Penelitian ini dilakukan di sebuah klinik swasta di Rio de Janeiro, Brasil. Sebagian besar partisipan berasal dari lapisan sosial ekonomi dan pendidikan atas di negara tersebut.
Para peneliti juga tidak dapat mengendalikan tingkat aktivitas fisik dan olahraga di masa lalu atau saat ini. (rus)