KABARIKA.ID, MAKASSAR – Anggota Whats’App Grup (WAG) ALUMNI UNHAS menggelar Halal bi Halal Syawalan, di Red Corner Cafe, Jl. Yusuf Dg Ngawing, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (14/4/2024) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Syawalan yang dihadiri tidak kurang seratusan anggota grup yang dibentuk pada 2015 ini diisi dengan diskusi dan testimoni mengenai kebersamaan maupun “pertengkaran” para member di group.
Demonstran era 80 – 90-an, Prof Amran Razak, misalnya menumpahkan unek-unek saat didaulat berbicara di hadapan member yang ikut HbH Syawalan.
Amran yang mengaku sudah insyaf berpesan kepada member agar tetap memelihara mahluk aneh yang bernama Kak Mul.
Kak Mul yang dimaksud adalah Mulawarman, aktivis, wartawan senior yang ceplas-ceplos di WAG dengan ciri simbol lobe-lobe warna merah saat memposting.
“Satu-satunya cara menghadapi Kak Mul adalah jangan hadapi,” umpat yang lain.
Sebelumnya, pemantik diskusi Kamaruddin Aziz alias Deng Nuntung (Denun) meminta Mulawarman untuk berbicara.
Permintaan Denun (alumni Perikanan) itu disambut meriah oleh peserta Syawalan, lantaran mengundang Kak Mul.
Mulawarman yang mengenakan t-shirt warna putih bertopi hitam disambut meriah karena paling aktif memposting, mengkritisi, “mengakatai-ngatai” banyak hal disertai puluhan simbol lobe-lobe merah yang berarti sangat marah.
Postingan Mulawarman tidak pandang bulu. Menunjuk siapa saja asal masih berhidung. Mau rektor, pejabat, pengusaha, politikus, sivitas akademik, aktivis, alumni, tidak ada urusan. Pokoknya sapurata.
Mul yang dijuluki si kancil saat masih aktif meliput karena kelincahannya di lapangan, mengakui jika di antara ratusan anggota grup, dirinyalah yang punya banyak musuh.
Bahkan Mul sempat mengidentifikasi sambil menunjuk sejumlah nama yang hadir sebagai musuhnya
“Tapi kan grup ini memang ada buat menyampaikan unek-unek dan saling berbagi,” aku Mul dengan wajah datar.
Sikap atau tepatnya gaya Mul yang cuek dan santai terlihat saat Ema Husain menumpahkan kekesalannya ke Mulawarman.
Mengenakan baju terusan gelap, aktivis perempuan generasi penerus Zohra Andi Baso ini cukup lama “meluncurkan” segala kekesalan terhadap Mul.
Tapi begitulah Mul bila diserang, apalagi hanya dengan kata-kata, dia mampu menjaga emosi dan bergeming.
Bahkan dengan santai terus menikmati bakso yang sebelumnya ia rampas dari pelayan, padahal diperuntukkan di meja Ema.
Ema Husain tampak maju mundur mendekat ke meja Mul seolah akan ‘mencakarnya’, tapi tak ia lakukan.
Anggota lain pun tak ada yang panik karena semua tahu forum ini dibuat sebagai kelanjutan dari persilatan yang menggunakan dua jempol di tuts HP, ke pergumulan kata-kata yang bersilat karena lidah tak bertulang.
Di dalam postingan WAG ALUMNI UNHAS ini, tercatat Mul pernah berseteru (lempar kata, silat lidah) dengan Sahman AT, Sakka Pati dan Ema Husain.
Pergumulan kata dan fakta yang terungkap dalam perseteruan keempat member ini membuat tercengang. Bikin dumba-dumba. Ketar-ketir. Tapi nyatanya mereka berkawan.
Member yang baru bergabung akan lari terbirit-birit setelah membaca postingan kalau tidak mengetahui kebebasan berkomunikasi yang “diagamai” para anggota.
Di luar ketiga koleganya tadi, postingan Mul pernah menyebabkan seorang dosen gerah lalu melaporinya dengan membawa bukti postingan ke aparat.
Tanpa beban, Mul pun bolak-balik ke kantor polisi memenuhi panggilan sambil bersiul-siul.
Masih tentang Mul, Sekjen IKA UNHAS Prof. Yusran punya pengalaman berbeda dengan yang lain.
Suatu ketika, Mul dibawa oleh Aksa Mahmud bertemu dengan Gubernur Nurdin Abdullah (NA) karena terlalu banyak mengeritik. Istilahnya, berseteru!
Saat itu Yusran sedang berada di ruang yang sama dengan NA. Yusran terheran-heran saat mengetahui yang barusan lewat di depannya sambil mappatabe adalah Mulawarman.
“Saya sendiri belum kenal Mulawarman. Ternyata orangnya kecil dan waktu berjalan di depan saya mappatabe-tabe,” ungkap Yusran.
Pengalaman membaca lalu lintas postingan juga disampaikan Direktur Eksekutif IKA UNHAS, Salahuddin Alam.
Dalam nada canda Alam mengaku deg-deg-an karena dalam grup tersebut ada Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IKA) UNHAS, Andi Amran Sulaiman.
Terlebih lagi, jika ada hal-hal yang menyentil terkait kepengurusan. Ia khawatir ada ketersinggungan.
“Tapi tidak masalah, saya siap menjadi tameng untuk rekan-rekan,” ungkap Alam, kata Alam, aktivis yang mempopulerkan SDT (Solidaritas Dilarang Takut).
Alam pun memanfaatkan momen Syawalan ini dengan mengajak reman-teman alumni untuk bersama-sama membangun Pertanian Modern yang progresnya sedang bergulir di Kementan, PP IKA dan Unhas.
“Kita akan membangun ekosistem pertanian modern dengan masing-masing 5.000 hektar di Maros dan Pangkep, serta 10.000 hektar di Bone,” kata Alam, sambil menyampaikan bahwa program pertanian modern diketuai Prof Yusran.
Sementara itu, member lain yang diberi kesempatan berpendapat berharap agar perbincangan di group juga menyentuh hal-hal akademik, kritik konstruktif terhadap kampus, pemerintah dan lainnya.
Acram Mappaona Aziz dan Jabal Nur akhurnya melengkapi member yang berbicara.
“Saya siap salah segalanya,” kata Jabal Nur, yang dikritisi karena.postingan di group menyatakan siap berkonstestasi sebagai Cabup Bantaeng. Tapi dipostingan berikut, dia siap jadi wakil walikota di Parepare, bahkan ingin Cawabup di Bone.
Jabal Nur juga mengaku sebagai pedagang sepatu bekas impor bermerk, pakaian cakar (cap karung) hingga pernah tidur bersama kambing.
“Pokoknya segalanya saya siap salah,” katanya lagi.
“Pokoknya siap salah..siap salah, siap salah segalanya,” kata JN berulang.
Hanya Boleh Empat Admin
Pendiri WAG AlUMNI UNHAS, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, dari ratusan penghuni grup, hanya ada empat orang admin dan tidak boleh ditambah.
Mereka adalah, Muhammad Ramli Rahim (MRR), Ziaul Haq Nawawi, Ahmad Musa Said, dan Lulu.
“Kalau ditambah, protes pesertanya, jadi kita taati saja. Dan alhamduliillahnya silaturahmi bisa terjaga dengan baik sampai hari ini. Dan hari ini kita bisa kembali bertemu, atas inisiatif kita bersama,” katanya.
Ramli juga menyinggung Prof Amran Razak yang hadir, dan namanya berada di urutan pertama, sebagai peserta yang menyatakan diri akan hadir dalam Syawalan.
Menurut Ramli, Prof Amran selalu bertemu darat dan menginisiasi pertemuan-pertemuan, yang juga berjalan lancar.
Diskusi ini.menjadi menarik karena kepiawaian Kamaruddin Azis (Denun: ‘Deng Nuntung).
Sebagai pemantik Denun mampu mengatur lalu lintas diskusi lepas, santai dan banyak canda ini.
Menurut Denun pertemuan memang diisi kelakar ala alumni.
“Grup ini memang ada untuk saling berbagi infomasi, ajang silaturahmi, dan banyak suka duka di dalam grup yang menjadi pembahasan,” kata bos media PELAKITA.ID itu.
Seorang alumni yang akrab disapa Cullang juga menyampaikan testimoni. Ia menyatakan bahwa kehadiran para alumni juga diharapkan bisa mendorong kemajuan bukan hanya untuk alumninya, tapi UNHAS sebagai perguruan tinggi.
“Bagaimana kita melihat kurikulum perguruan tinggi sekarang, dan bagaimana adik-adik mahasiswa bisa menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu maksimal lima tahun, kalau tidak selesai dalam 10 semester maka drop out (DO),” sebutnya.
Sedang Moch. Hasymi Ibrahim memberi pengertian bahwa banyak tipe orang di dalam WAG.
Ada yang memang hanya sekadar untuk bersilaturahmi agar tidak terputus, ada juga karena kepentingan poitik alias daerah pemilihan (Dapil) ada juga untuk kepentingan lain.
HbH Syawalan WAG ALUMNI UNHAS ini dihadiri juga sejumlah Pengurus PP IKA UNHAS, seperti Sekjen Yusran Jusuf, Muhammad Iqbal Samad Suhaeb, Bachrianto Bahtiar, Prof Arsunan Arsin, Ilham Rasyid, Suwarno, Idzar, Yessy Yoana, Kahar Gani, Rezky Mulayadi, Salahuddin Alam dan Suwardi Thahir.
Lalu ada Anggota DPR RI dari Partai Demokrat Aliyah Mustika Ilham yang juga Wakil Ketua Umum. Ada juga Syamsul Bahri Sirajuddin, Sakka Pati, Sittiara, aktivis perempuan Emma Husain, Sahman AT, Cawi-Ziaul Haq Nawawi, Nasrun Hamzah, Acram Mappaona Azis, Moh. Hasymi, Kamaruddin Aziz, Ahmad Musa Said (Uca), Jabal Nur , Muhammad Ramli Rahim dan lainnya.
Sebelum mengakhiri acara, Ahmad Musa Said yang akrab disapa ustadz Uca menyadarkan anggota bahwa agama membolehkan orang yang disakiti, dikatai-katai membalas, asal setimpal dengan perbuatan lawannya.
“Jadi boleh membalas, tapi yang lebih baik dan mendapat kebaikan apabila bersabar,” kata Uca..
Sebagai admin, ustadz Uca memang wajib mengingatkan dan meneduhkan perasaaan member yang berseteru karena admin bisa turut ‘berdosa’ dan dipanggil polisi sebagai saksi kalau terjadi “pertengkaran” yang berkepanjangan dan tak terkontrol.
Jadi, kalau Prof Amran minta kita memelihara Mulawarman sebagai mahluk aneh, mari menjaganya karena Mul adalah aset yang penuh warna dan tak ada duanya.(ST)