Sebelum terjun ke dunia politik, Rahman Pina memulai karirnya di dunia jurnalistik. Ia pernah tercatat sebagai wartawan Harian Berita Kota Makassar. Ia bekerja di media lantaran ia merupakan salah satu jebolan SKK Identitas Unhas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

RP,  sapaan Rahman Pina awalnya bekerja di Harian Binabaru (sebelum bernama Berita Kota Makassar).  RP merupakan wartawan angkatan I Binabaru.

”Ini memori yang paling luar biasa dalam hidup saya dengan beberapa fase. Kurang lebih 10 tahun saya belajar. Saya benar-benar menjadikan Berita Kota Makassar sebagai universitas. Yang saya rasa dari perjalanan karir dan hidup saya. Ilmu terbaik dan terbanyak referensi terbesar ada di BKM,” tutur sekretaris Fraksi Golkar DPRD Sulsel ini.

Hingga sampai di detik ini, diakui wakil rakyat  ini, sudah sangat luar biasa. Dirinya bersyukur diberi umur yang panjang sampai bisa menapak karir seperti sekarang.

”Kalau pulang ke kampung, saya membayangkan 30 tahun lalu ketika duduk di bangku SD dan SMP. Kampung saya di Benteng Alla, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang. Waktu itu saya pergi ke sekolah tidak memakai sepatu atau sendal. Saya jalan kaki ke sekolah sejauh 3-5 km tidak pakai alas kaki,” terang RP.

Hal itu dilakoni Rahman, karena di kampungnya tidak ada kendaraan, baik motor maupun mobil. Yang ada hanya kuda sebagai alat transpotasi, seperti untuk dipakai ke pasar.

Karenanya, ia merasa seperti keluar dari hutan belantara ketika berada di Makassar dan bertemu dengan banyak kendaraan.

”Perubahan terjadi begitu cepat. Jangankan berpikir untuk menjadi anggota DPRD, sampai di kota saja itu sudah hal yang sangat luar biasa sekali. Karena itu tadi, melihat kondisi ketika bersekolah di SD dan SMP,” imbuhnya.

Karena perjuangannya, Rahman Pina akhirnya diterima kuliah di Univesitas Hasanuddin. Universitas yang menjadi kebanggaan orang-orang di kampungnya. Mereka bisa lulus di Unhas dianggap sebagai anak yang luar biasa.

”Saya ikut UMPTN dan dinyatakan lulus di Unhas. Begitu satu desa langsung jadi bahan pembicaraan di kampung. Saya antara bahagia dan stres. Stresnya itu, karena untuk ke Makassar bagaimana caranya. Tinggal dengan siapa. Ongkosnya pakai apa. Orang tua saya tidak punya bayangan anaknya mau dititip di mana. Jadi saya berpikir sendiri untuk bisa sampai ke Makassar. Begitu juga untuk kuliah,” terangnya.

Namun, Rahman Pina meyakini bahwa jika kita punya usaha dan niat, selalu ada jalan. Yang terpenting adalah motivasinya kuat, semangatnya tinggi, kerja keras, disiplin dan jujur, selalu berkreasi apa saja untuk bisa menghasilkan yang terbaik.

Bergabung dengan media kampus Identitas, menjadi pengalaman yang tak terlupakan oleh RP. Di media ini ia memiliki teman yang punya banyak relasi di surat kabar yang ada di Makassar ketika itu. Seperti Fajar dan Pedoman Rakyat. Dari mereka diperoleh informasi bahwa ada satu surat kabar yang akan menjadi harian, yakni Binabaru sebelum berubah nama menjadi Berita Kota Makassar.

Duduk di bangku kuliah semester tiga, Rahman kemudian mencoba peruntungan. Ia melamar untuk menjadi wartawan dan akhirnya diterima. Ketika itu di tahun 1997-1998.

”Teman-teman saya di kampus waktu itu bilang saya membuat lompatan yang terlalu cepat. Sudah bisa aktif di media luar padahal baru semester tiga. Biasanya kalau seperti itu masih di media kampus,” jelas Rahman.

RP menjadi angkatan pertama di Harian Binabaru. Ia melakoni karirnya di BKM selama kurang lebih 10 tahun. Berpengalaman meliput di lapangan ketika masih berstatus magang hingga reporter. Selanjutnya dipercaya menjadi asisten redaktur sampai redaktur.

”Waktu jadi reporter, saya yang pertama berstatus organik. Pengalaman jadi reporter kriminal. Bertugas di polsek, berposko menunggu berita kriminal yang saat itu menjadi konsen Binabaru. Ini saya lakoni satu sampai dua tahun lamanya,” bebernya.

Usai di posko kriminal, RP lalu ditempatkan sebagai reporter olah raga. Di sinilah ia mulai mengenal banyak politisi. Mulai dari Ilham Arief Sirajuddin, Nurdin Halid, Kadir Halid, Hamka B Kady serta banyak lagi yang lainnya.

Di posisi ini pula ia pertama kali keluar negeri bersama PSM. Penugasan dari redaksi ia jalani sampai Korea Selatan dan Bangladesh.

Bersamaan dengan itu pula, Rahman juga mengenal pejabat di pemerintahan. Salah satunya Wali Kota Makassar ketika itu Malik B Masry. Ini menjadi modal besarnya untuk berkiprah di dunia politik.

Mengacu pada pengalamannya selama berkarir di dunia jurnalistik, Rahman Pina berpesan untuk tidak berpikir pendapatan yang besar ketika bekerja di media. Keikhlasan dan ketulusan menjadi bagian dari profesi ini. (*)