KABARIKA.ID, MAKASSAR — Masyarakat internasional memperingati Hari Anti-Bullying (Anti-Bullying Day) atau perundungan setiap 4 Mei. Hari ini adalah hari ketika dunia berjanji untuk mengakhiri perundungan di sekolah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Perundungan sudah ada sejak lama di masyarakat manusia. Terkadang, tanda-tandanya tampak jelas dan disengaja.
Pada waktu yang lain, hal itu berbahaya dan mungkin terjadi di tempat yang tidak terduga, seperti dalam keluarga, oleh teman atau orang-orang yang dekat dengan korban.

Namun, sebagian besar anak-anak berisiko lebih tinggi karena pelaku perundungan memangsa mereka yang paling rentan.
Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh tanpa mengalami pelecehan, terutama di tempat-tempat belajar yang dirancang sebagai tempat yang aman.
Hari Anti-Perundungan diharapkan meningkatkan kesadaran tentang perundungan dan cara mendukung anak-anak yang mungkin diam-diam menderita akibat perundungan.
Sejarah Hari Anti Penindasan
Ide untuk penetapan Hari Anti-Perundungan internasional datang dari David Shepherd dan Travis Price di Nova Scotia, Kanada.
Pada 2007, keduanya membeli dan membagikan 50 kaos berwarna merah muda untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Jadrien Cota. Ia adalah seorang siswa laki-laki yang dirundung dengan kejam pada hari pertama sekolah karena mengenakan kaos berwarna merah muda.
Sejak saat itu, orang-orang mengenakan kaos berwarna merah muda, ungu, atau biru untuk melawan perundungan.
Perundungan bisa terjadi di mana pun, bila ada sekelompok orang. Terkadang perundungan muncul sebagai ‘olok-olok’ atau ‘lelucon’. Perundungan merajalela karena selalu ada individu yang ingin menunjukkan dominasinya.
Pelaku perundungan biasanya meremehkan orang berdasarkan penampilan, ras, jenis kelamin, seksualitas atau agama mereka. Terkadang juga mereka tidak memerlukan alasan untuk menerima perbedaan seseorang.
Statistik menunjukkan bahwa sekita 71 persen siswa pernah menjadi korban perundungan di sekolah.
Ledakan internet membuat hal ini semakin menantang. Tidak lagi terbatas di halaman sekolah, perundungan kini terjadi langsung di rumah orang melalui media sosial, situs web, dan perangkat gawai.
Pada saat ini, sekolah-sekolah di seluruh dunia menentang perundungan. Hari libur dapat memiliki tanggal dan nama yang berbeda-beda, tergantung pada lokasinya. Namun, tujuannya bersifat universal, yaitu untuk mencegah perundungan dan mendukung anak-anak yang membutuhkan bantuan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menetapkan tanggal 4 Mei sebagai Hari Anti-Perundungan. Hari yang mengingatkan kita untuk membela siapa pun yang menjadi korban atau pelecehan tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia.
Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa setidaknya satu dari empat anak akan mengalami perundungan selama masa remaja.
Hari Anti-Perundungan internasional membangun kesadaran tentang perundungan, yaitu tentang cara mencegahnya dan apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung para korban.
Lini Masa Hari Anti-Perundungan
Lini masa Hari Anti-Perundungan dapat ditelusuri dari tahun 1857 dan puncaknya pada 2008 ketika Badan Legislatif Negara Bagian California, AS, meloloskan salah satu undang-undang pertama di negara itu untuk memerangi perundungan siber.

Lima Fakta tentang Perundungan di Dunia Maya
1. Perundungan siber mempengaruhi sebagian besar anak-anak
Sekitar 45 persen anak-anak di sekolah pernah menghadapi perundungan daring atau siber.
2. Terlalu dekat dengan rumah
Kebanyakan perundungan siber terjadi melalui telepon seluler siswa.
3. Tekanan masyarakat dan teman sebaya
Setidaknya 75 persen pelajar mengaku mengunjungi situs web yang mencela pelajar lain.
4. Anak perempuan mengalami hal yang lebih buruk
Anak perempuan lebih banyak menjadi sasaran perundungan siber daripada anak laki-laki.
5. Citra tubuh
Sekitar 72 persen remaja menghadapi perundungan daring karena penampilan mereka yang mengakibatkan depresi, kecemasan, dan masalah citra tubuh. (rus)