Oleh Laksamana Sukardi, Kakak Kandung Wina
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
KABARIKA.ID—SETELAH lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Wina Armada Sukardi memiliki peluang menjadi pengacara kondang dan bergelimang uang. Tapi dia lebih mengutamakan jalan yang sesuai dengan hati nuraninya yaitu menjadi ahli hukum Jurnalistik.
Hidupnya benar-benar diwakafkan kedalam dunia wartawan. Dia bangga telah meneruskan cita cita kakeknya Didi Sukardi seorang perintis Kemerdekaan dan Perintis Pers Indonesia yang pernah mendirikan Harian Oetoesan Indonesia di Jogjakarta tahun 1938.

Ayahandanya Gandhi Sukardi yang sekolah di Belanda pada tahun 1948, juga memiliki empati yang mendalam (compassion) di bidang jurnalistik. Walaupun menguasai 7 bahasa asing sang Ayah lebih memilih bekerja di Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.
Mereka adalah tiga generasi (dalam satu keluarga) wartawan Indonesia yang bangga dan bekerja dengan profesional sesuai dengan hati nuraninya.
Wina pernah memimpin beberapa penerbitan di Indonesia, menjadi Anggota Dewan Pers Indonesia dan Sekretaris Jendrral Persatuan Wartawan Indonesia.
Ketika saya didera masalah hukum dan dituduh korupsi penjualan Kapal Tanker Pertamina, Wina lah yang mengingatkan saya, karena waktu itu saya sangat yakin dan tenang karena saya tidak bersalah, tetapi dia mengatakan pada saya bahwa; “Harus waspada dan jangan menganggap hukum di Indonesia akan berpihak pada kebenaran!”
Dia menambahkan bahwa “Hakim” akan dipengaruhi oleh uang dan tekanan politik dalam mengambil keputusan. Apalagi untuk kasus korupsi, banyak hakim yang berani ambil resiko dengan membebaskan koruptor karena dibayar.
Saya diingatkan untuk berhati hati terhadap potensi besar keputusan hakim yang dibayar untuk menghukum koruptor! Hakim akan mendapat uang (tekanan politik) dan masyarakat tidak akan curiga.
Dengan dalih korupsi maka keputusan hakim akan beraroma politik ketimbang keadilan.
Saya terperangah atas peringatan dari Wina tersebut dan saya mempersiapkan upaya hukum secara maksimal termasuk jalur spiritual, yaitu memobilisasi ribuan anak yatim piatu untuk mendoakan saya untuk menggagalkan upaya pendzoliman terhadap diri saya.
Pengalaman ini saya tuangkan dalam buku saya “Belenggu Nalar” yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Didalamnya ada sumbangan pemikiran dari Wina.
Wina Armada Sukardi yang kini telah menghadap Sang Khaliq, telah menambah keyakinan saya bahwa hanya Tuhan lah hakim yang paling adil yang dijelaskan dalam Al Quran surah At Tin, اَلَيۡسَ اللّٰهُ بِاَحۡكَمِ الۡحٰكِمِيۡنَ (Alaysa Allahu biahkamil hakimiin)
Akhirnya saya mendapat Surat Perintah Pemberhentian Penyidikan (SP3) dari Kejaksaan Agung walaupun sempat dicekal selama 18 bulan.
Terima kasih adikku Wina yang telah kembali ke pangkuan Hakim Yang Maha Adil.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
(Laksamana Sukardi)
Siapa Wina Armada Sukardi?
Wina Armada Sukardi adalah tokoh pers yang meninggal dunia pada Kamis, 3 Juli 2025. Ia mengembuskan napas terakhir pada usia 66 tahun.
Kiprah Wina Armada
Wina lahir di Jakarta, 17 Oktober 1959 dan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Mengutip website Lembaga Pers Dr.Soetomo (LPDS), Wina pernah menjadi Anggota Dewan Pers (2004-2007 dan 2007-2010) dengan posisi Ketua Komisi Hukum dan Perundang-Undangan. Juga sebagai Sekjen PWI Pusat (2003-2008).
Selain wartawan senior, Wina Armada pakar di bidang hukum dan etika pers. Karena itu, ia sering diminta sebagai saksi ahli baik di pengadilan maupun di tingkat penyidikan.
Wina juga menulis beberapa buku tentang hukum pers di antaranya Wajah Hukum Pidana Pers dan Menggugat Kebebasan Pers. Di samping itu menjadi editor beberapa buku lainnya.
Wina yang menulis sejak SMP, pernah menjabat Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi harian umum Merdeka, Wakil Pemimpin Redaksi majalah hukum Forum Keadilan, Wakil Pemimpin Umum majalah Vista, redaktur majalah ilmiah Hukum dan Pembangunan, redaktur pelaksana harian Prioritas (mati dibredel), redaktur pelaksana majalah berita Fokus (dibredel).
Pernah menjadi reporter radio dan pengasuh acara Ilmu-ilmu Sosial Radio Arief Rachman Hakim (ARH), redaktur hukum dan ekonomi Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), reporter surat kabar kampus Salemba (dibredel) dan pernah menjadi presenter di televisi.
Karya tulisannya dimuat di berbagai media seperti harian Kompas dan majalah Horizon.
Sejak tahun 2008 Wina Armada dipercaya sebagai salah seorang Anggota Dewan Pengurus Yayasan Multimedia Adinegoro yang menaungi LPDS. **