KABARIKA.ID, MAKASSAR — Kasus pertama subtipe flu burung pada manusia yang dikonfirmasi laboratorium, menewaskan seorang warga negara Meksiko pada akhir April, kata pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (5/06/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Korban berusia 59 tahun yang tidak diketahui identitasnya, meninggal pada 24 April setelah mengalami demam, sesak napas, diare dan mual, serta gejala lain yang terkait dengan subtipe A(H5N2).

WHO mengatakan bahwa tidak jelas bagaimana orang tersebut bisa terinfeksi.

“Meskipun sumber paparan virus dalam kasus tersebut saat ini tidak diketahui, virus subtipe A(H5N2) telah dilaporkan terjadi pada unggas di Meksiko ,” tulis WHO dalam laporannya.

Menurut pejabat kesehatan Meksiko, pasien tersebut tidak memiliki riwayat terpapar unggas atau hewan lain.

Namun mereka memang memiliki beberapa masalah kesehatan mendasar dan harus terbaring di tempat tidur selama tiga minggu, karena penyakit lain sebelum terserang subtipe flu burung.

Seorang petugas laboratorium memegang tabung reaksi berlabel “Bird Flu” (Flu Burung). WHO mengatakan pada hari Rabu (5/06/2024), bahwa seorang pria di Meksiko meninggal dunia akibat terpapar virus flu burung subtipe A(H5N2). (Foto: theguardian)

Kematian tersebut terjadi setelah meluasnya penyebaran jenis baru flu burung yang telah membunuh sejumlah besar burung liar dan unggas peliharaan sejak kemunculannya pada 2020 lalu.

Penyakit ini kini mulai menginfeksi mamalia, termasuk sapi perah di Amerika yang ditemukan di puluhan peternakan di sembilan negara bagian dan manusia, seperti dua pekerja susu di Texas dan Michigan yang jatuh sakit dalam beberapa bulan terakhir.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS melaporkan, seorang petani tak dikenal di Michigan menderita infeksi mata ringan.

Gejalanya mirip dengan yang ditunjukkan oleh pasien Texas, yang dirawat karena virus tersebut pada awal April.

“Kedua pekerja tersebut telah melakukan kontak dekat dengan hewan ternak sebelum mereka jatuh sakit,”  kata CDC.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memperkirakan bahwa  20 persen dari pasokan susu AS menunjukkan tanda-tanda virus, yang mengindikasikan kemungkinan penyebaran yang lebih luas.

Paparan virus ini pada manusia mungkin akan meningkatkan risiko virus tersebut bermutasi dan menyebar dengan mudah di antara manusia, dan hal ini dapat menjadi masalah.

“Semua upaya kita perlu difokuskan untuk mencegah terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut,” kata Matthew Miller, salah seorang direktur Pusat Kesiapsiagaan Pandemi Kanada dari Universitas McMaster.

“Saat kita mengalami infeksi yang meluas pada manusia, kita berada dalam masalah besar,” tambah Miller.

CDC mengatakan bulan lalu bahwa risiko terhadap masyarakat masih rendah.
Namun badan tersebut masih berencana untuk memantau virus pada sapi perah dan unggas, serta pekerja yang melakukan kontak dengan hewan tersebut, sepanjang musim panas.

Para pejabat AS dan Eropa juga mengambil langkah-langkah untuk menimbun dan memproduksi vaksin yang dapat digunakan untuk melindungi kelompok yang paling berisiko, termasuk pekerja unggas dan susu.

Kementerian Kesehatan Meksiko dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (5/06/2024), menyebutkan bahwa sejauh ini belum ada bukti penularan flu burung dari orang ke orang pada kasus pria yang meninggal tersebut.

“Pria tersebut memiliki beberapa kondisi kesehatan sebelumnya. Semua orang yang melakukan kontak dengannya dinyatakan negatif,” kata pernyataan itu.

Pada bulan Maret lalu, pemerintah Meksiko melaporkan wabah A (H5N2) di sebuah unit keluarga terisolasi di negara bagian Michoacan bagian barat, namun pada saat itu pemerintah mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap peternakan komersial yang letaknya jauh, maupun terhadap kesehatan manusia.

Setelah kasus kematian pada bulan April, pihak berwenang Meksiko mengkonfirmasi keberadaan virus tersebut dan melaporkan ke WHO.

Terdapat tiga wabah H5N2 pada unggas di wilayah sekitar Meksiko pada bulan Maret, namun pihak berwenang belum dapat menemukan kaitannya.

Para ilmuwan mengatakan kasus di Meksiko tidak ada kaitannya dengan wabah jenis flu burung lain, seperti H5N1, di Amerika Serikat yang sejauh ini telah menginfeksi tiga pekerja peternakan sapi perah.

Varietas flu burung lainnya telah membunuh orang di seluruh dunia pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk 18 orang di Tiongkok selama wabah H5N6 pada 2021.

Andrew Pekosz, pakar influenza di Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa sejak tahun 1997, virus H5 terus menunjukkan kecenderungan untuk menginfeksi mamalia lebih banyak dibandingkan virus flu burung lainnya. (rus)