KABARIKA.ID, MAKASSAR — Kursi Kepala Biro Politik Hamas yang kosong setelah Ismail Haniyeh terbunuh usai menghadiri pelantikan Presiden Iran di Teheran, pada 31 Juli lalu, kini telah terisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politiknya yang baru melalui pernyataan singkat, pada Selasa (6/08/2024) dan disiarkan di saluran media pemerintah Iran yang pro-Hamas.

Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh dalam serangan bom lebih sepekan lalu. Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pelakunya.

Pembunuhan terhadap Haniyeh semakin menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih besar dengan melibatkan Iran yang mendukung Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.

Haniyeh adalah salah seorang tokoh penting dalam pembicaraan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata, dan dipandang sebagai penghubung antara Israel dan Sinwar.

Ismail Haniyeh Kepala Biro Politik Hamas terbunuh akibat searangan proyektil berpelontar Israel, usai menghadiri pelantikan Presiden Iran, Rabu (31/07/2024) di Teheran, Iran. (Foto: theguardian)

Haniyeh memiliki sedikit kendali langsung atas militan Hamas di Jalur Gaza. Dia merupakan sosok yang relatif moderat, mengarahkan delegasi Hamas dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dan tahanan.

Siapa Sinwar?

Sinwar adalah anggota pendiri Hamas dan dipandang sebagai tokoh kelompok yang paling kuat. Sebagai mantan kepala badan intelijen kelompok tersebut, Sinwar menghabiskan 23 tahun di penjara Israel dan menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.

Seorang mantan interogator memanggilnya “1.000% berkomitmen dan 1.000% melakukan kekerasan, orang yang sangat-sangat keras”.

Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran sandra di mana Israel “memperdagangkan” 1.000 tahanan pada 2011 dengan imbalan pembebasan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditangkap lima tahun sebelumnya oleh Hamas.

Sinwar dengan cepat kembali ke militansi dan mengatakan, dia telah menyimpulkan bahwa menangkap tentara Israel adalah kunci untuk membebaskan tahanan dari Israel.

Langkah ini akan semakin mengonsolidasi kelompok di bawah Sinwar, yang pengangkatannya sebagai pemimpin sayap politik Hamas akan meningkatkan keraguan lebih lanjut tentang potensi tercapainya kesepakatan gencatan senjata dalam konflik tersebut.

Peneliti senior di Carnegie Endowment, Aaron David Miller mengatakan, dalam memilih Sinwar untuk memimpin Hamas, organisasi tersebut mengesampingkan perbedaan antara pemimpin eksternal dan internal dan ilusi moderasi apa pun yang ada.

Israel mengklaim pihaknya membunuh komandan militer Hamas, Mohammed Deif, dalam serangan pada bulan Juli, di antara sejumlah pembunuhan terhadap anggota penting kepemimpinan Hamas. Pemimpin politik penting lainnya, Saleh al-Arouri, terbunuh pada bulan Januari.

Kebijakan pembunuhan para pemimpin tinggi Hamas, termasuk mereka yang berasal dari sayap politik yang lebih moderat, telah menyebabkan meningkatnya ketegangan antara presiden AS Joe Biden, dan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Menurut laporan New York Times, Biden pekan lalu mengatakan kepada Netanyahu melalui panggilan telepon, bahwa PM Israel sengaja menyabotase upaya untuk mencapai gencatan senjata.

Netanyahu berargumen bahwa pembunuhan di Teheran untuk sementara akan menunda perundingan, namun pada akhirnya akan mengarah pada gencatan senjata yang lebih cepat dengan memberikan tekanan pada Hamas.

Reaksi Israel

Sebagai reaksi terhadap penunjukan Sinwar, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada televisi Al-Arabiya milik Saudi: “Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, yaitu di samping Mohammed Deif dan teroris 7 Oktober lainnya. Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan rencanakan untuknya.”

Berbicara kepada televisi Al Jazeera setelah pengumuman tersebut, juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan Sinwar akan melanjutkan negosiasi gencatan senjata.

“Masalah dalam negosiasi bukanlah perubahan di Hamas,” kata Hamdan.

Ia menyalahkan Israel dan sekutunya, AS atas kegagalan mencapai kesepakatan gencatan senjata. (rus)