KABARIKA.ID, MASAMBA–Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA UNHAS) Luwu Utara gandeng
Balai Penelitian Jeruk dan Buah Tropika (Balitjestro), Batu Malang adakan EduFarm Jeruk Siam di dataran rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Balitjestro yang mendukung kegjatan ini memberi bibit jeruk sebanyak 1.500 batang, yang sudah tiba di Luwu Utara pada 28 Desember 2022. Bibit didatangkan dengan pesawat langsung dari Jawa Timur ke Makassar dan sudah didistribusikan ke petani mitra EduFarm di Lutra.
Diharapkan EduFarm ini menjadi kebun pendidikan sebagai tempat belajar bersama dalam budidaya jeruk Siam yang benar.
”Karena dalam kebun EduFarm ini akan diterapkan Good Agriculture Practice (GAP) yang konsisten,” ungkap Bahtiar Manadjeng.
Bahtiar Manadjeng yang karib disapa Batti berharap EduFarm ini bermanfaat bagi petani dan pemerintah serius menangani komoditi jeruk Siam
”’Semoga tahun 2023 Pemkab Lutra mulai mengalokasikan anggaran pengadaan bibit jeruk Siam untuk petani, melakukan pendampingan budidaya dan pasar,” ujar Alumni Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, yang terpilih jadi Ketua IKA UNHAS pada 20 Agustus 2022 ini.
Di tempat terpisah, Kepala Balitjestro Batu Malang, Dr. Fauziah T. Ladja, SP., M.Si menyampaikan bahwa Balitjestro akan terus mendorong komoditi jeruk Siam untuk dibudidayakan di seluruh Indonesia.
”Tentu dipilih di daerah yang cocok termasuk Luwu Utara, dan kami akan ikut memberikan pendampingan atas pelaksanaan EduFarm yang diinisiasi oleh IKA UNHAS Luwu Utara,” ujar Fauziah.
JERUK MALANGKE
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang pernah menjadi sentra komoditi jeruk Siam.
Pada periode tahun 1980-2000 Luwu Utara memiliki luas lahan sekira 23.500 hektar yang tersebar setidaknya di dua kecamatan yakni Kecamatan Malangke dan Malangke Barat.
Jeruk Siam ini pertama kali diperkenalkan oleh petani Bugis dari Belawa Kabupaten Wajo dan terus berkembang karena mendapat minat yang sangat tinggi dari petani setempat karena hasil yang sangat menggiurkan.
Cerita manis semanis rasa jeruk Siam, urai Bahtiar Manadjeng terus dikenang oleh para petani di Malangke. Saat itu petani jeruk Malangke hidup sejahtera.
Hasil panen yang cukup besar membuat hasil panen petani menembus pasar Kota Makassar bahkan sampai di kota-kota besar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Jeruk Siam yang dihasilkan petani Luwu Utara melekat nama dengan brand “Jeruk Malangke”, bahkan sampai saat ini di beberapa mall di Kota Makassar masih menggunakan Brand “Jeruk Malangke” sebagai nama dagang.
Walaupun jeruk Siam yang dijual di mall dihasilkan petani Sulawesi Barat maupun Sulawesi Tenggara, jeruk itu diperdagangkan dengan branding Jeruk Malangke.
MEREDUP
Menurut Bahtiar Manadjeng, kesuksesan petani dan cerita indah jeruk Siam mulai meredup akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an, selain usia tanaman petani yang menua, petani yang melakukan penanaman ulang tidak lagi memperhatikan kualitas bibit, petani tidak lagi menanam bibit bersertfikat dengan mutu yang dijamin pemerintah, mereka menanam bibit asalan tanpa sertifikat.
Selain bibit yang tidak berkualitas, serangan hama & penyakit atas tanaman jeruk siam petani semakin kompleks, terutama serangan penyakit busuk batang diplodia dan phytophtora serta penyaki CVPD (citrus vein phloem degeneration) yang disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum.
Dua penyakit ini tidak mampu diatasi pemerintah dan petani, akhirnya periode tahun 2002-2005 Jeruk Siam Malangke dinyatakan punah. Sebuah kisah manis berakhir pahit, petani meradang, banyak petani kehilangan penghasilan. Komoditi pengganti seperti kakao dan jagung tidak mampu memberi penghasilan yang sama dengan hasil dari budidaya jeruk.
Berbagai upaya telah dilakukan pasca kepunahan Jeruk Siam Malangke, termasuk kegiatan yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Daerah Pemuda Tani HKTI Sulawesi Selatan berkat kerjasama dengan Lottemart Makassar melaksanakan Demoplot seluas 1,8 hektar dengan jumlah tanaman mencapai 700 pohon.
Kala itu petani masih trauma, masih takut menanam jeruk siam karena masih dihantui serangan pengakit CVPD, tapi Bahtiar Manadjeng yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Tani HKTI Sulawesi Selatan periode 2011-2016 meyakini bahwa ancaman pengakit CVPD sudah tidak perlu lagi ditakuti, jeruk akan bebas penyakit CVPD jika menggunakan bibit bersertifikat.
Penanaman di kebun demoplot yang berlokasi di Desa Waeto Kecamatan Malangke Barat dilaksanakan pada akhir tahun 2009 menggunakan bibit bersertifikat yang langsung didatangkan dari Balitjestro Batu Malang yang waktu itu masih bernama PUSLIT JERUK, dan tanaman di kebun demoplot mulai berbuah pertengahan tahun 2013 dan bahkan Wakil Bupati Luwu Utara kala itu, ibu Indah Putri Indriani menyempatkan datang kekebun contoh untuk panen perdana pada tahun 2014 didampingi Ketua KTNA Malangke Barat, Muhammad Ramli.
Saat itu hasil panen dari kebun contoh ini sudah mulai kembali dipasarkan ke kota Makassar, termasuk menyupply Lottemart sebagai mitra demoplot.
Namun 700 pohon jeruk di lokasi demoplot ini mati meradang pada akhir tahun 2015, bukan karena serangan penyakit busuk batang atau penyakit CVPD, melainkan karena terjangan banjir yang merendam pertanaman lebih dari sebulan. Tragis!
Animo petani Luwu Utara, terutama petani di Malangke masih tinggi atas komoditi jeruk Siam ini, sehingga IKA UNHAS menggajak Balitjestro Jawa Timur untuk melaksanakan eduFarm Jeruk Siam di dataran rendah di Luwu Utara.
“Alhamdulillah upaya ini mendapat respon yang baik masyarakat dan dari balai yang khusus mengurus tanaman jeruk dan buah tropika ini,” ungkap Batti. (BM/Chalink/**)