Menjura di Ranah Minang

Catatan di Sela Kunjungan Kerja Menteri Pertanian RI

Berita, Opini1006 Dilihat

AKHIR pekan atau hari libur merupakan waktu yang dinantikan oleh anak istri agar dapat dinikmati bersama kepala keluarga. Entah menghabiskan waktu untuk bercengkrama di rumah atau keluar menikmati liburan dengan berekreasi sambil melepas penat. Namun itu tidak berlaku bagi Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, Ya, kalender menteri yang lebih akrab disapa AAS ini memang agak lain, kalender hitam putih istilah beliau, tidak ada tanggal merahnya, hanya kertas putih dengan angka dan huruf berwarna hitam di atasnya.

Sabtu 18 Mei 2024, adalah hari penuh haru dan bangga di Ranah Minang. Hari di mana AAS menghabiskan pagi hingga malamnya berkunjung ke daerah Sumatera Barat. Setiba di Bandara Minangkabau, disambut Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi Datuak Marajo dan Forkopimda Sumbar, owner PT. Tiran Group ini lalu menghadiri dialog kebangsaan yang digelar oleh Majelis Rektor Perguruan Tinggi se Indonesia (MRPTNI).

Kombinasi Tari Pasambahan dan Tari Piring diiringi saluang dan gandang minang dimainkan menyambut kedatangan pria yang hobi jalan pagi ini di dalam auditorium Universitas Negeri Padang (UNP). Ketika memberi arahan, di awal pemaparannya, terlebih dahulu Ketua Umum IKA Unhas ini menyampaikan turut berduka cita untuk musibah yang menimpa Sumbar, dan menyampaikan bentuk simpatinya selain secara resmi dari Kementerian pertanian, ayah empat orang anak ini juga mengeluarkan dana pribadinya atas nama AAS Foundation ditransfer langsung ke rekening MRPTNI.

Dalam sesi tanya jawab, AAS memberi pilihan pada salah satu mahasiswi, Sriwindi Jalita Tilombana namanya, apakah mau traktor atau mau bertanya. Bertanya pilihan Windi, dia mengesampingkan hadiah menggiurkan itu demi sebuah kesempatan mengajukan pertanyan pada Mentan. AASpun penasaran dan berucap apa sih pertanyaan yang membuat anda mengabaikan tawaran traktor. Ternyata Windi mengadukan tentang kondisi pertanian di tanah kelahirannya, Nias, lalu bertanya apa tanggungjawab pemerintah dan Kementerian Pertanian dalam hal tersebut.

Sriwindi Jalita Tilombana, mahasiswi asal Nias menjelaskan kondisi pertanian di Nias kepada Menteri Pertanian RI. (Foto: Ahmad Musa Said)

Anak ini kawan, pertanyaannya menggugah menteri memutuskan 10 ribu Hektar pertanian modern untuk Nias. Pertanyaan ini membawa berkah untuk satu Nias. Mahasiswi ini melepas egonya demi memperjuangkan daerahnya dan berbuah manis, hadiah untuk Nias dan traktor untuk dirinyapun tetap diberikan.

Entah firasat apa di benak putri Nias ini, bahwa pilihannya lebih jauh lebih massif efeknya dibanding hanya sebuah traktor, bahkan mungkin diapun tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa begitu besar karunia untuknya dan Nias di pagi hari itu.

Meski tak berhijab, namun pada Windi saya melihat bagaimana janji Rasulullah SAW langsung terjadi : Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu (ikhlas) karena Allah ‘Azza wa Jalla melainkan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya untukmu. (HR. Ahmad: 21996). Takzim dan bangga padanya.

Setelah agenda di UNP, dilakukan kunjungan langsung ke salah satu lokasi bencana yang membutuhkan waktu dua jam perjalanan dengan patroli pengawalan. Bukit Batabuah, Dusun Kubang Duo Koto Panjang, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, di sini kami menyaksikan dampak dahsyatnya Galodo (air bah yang bercampur lumpur, kayu dan batu) melibas rumah yang dilaluinya. Di dalam posko komando, tanpa spanduk penyambutan khusus, AAS menyampaikan ungkapan duka dan memberi semangat pada masyarakat setempat yang sebagian juga berprofesi sebagai petani.

Sementara AAS menyampaikan arahan, mendadak berdiri seorang ibu tua, Sapni namanya, memohon izin menyampaikan sesuatu. Dengan suara tersendat, bercampur isak, Sapni menyampaikan kepada warga, bahwa ketika memantau lokasi tadi, AAS telah memberikan bantuan sebesar 50 juta rupiah untuk renovasi musala.

Jangan salah faham yah bu, ini untuk mushallah kita, agar dapat digunakan kembali untuk beribadah, lanjutnya dalam dialek minang dengan suara berat karena haru. Kami baru tersadar, dari awal kunjungan tak nampak wajah bersedih, atau mungkin sudah habis air mata untuk meratap.

Namun masyarakat ini, terlebih Sapni, justru meneteskan air mata ketika mengetahui bahwa rumah ibadahnya akan diperbaiki kembali. Seolah tak ada artinya kehilangan timpat tinggal dibanding kehilangan tempat mendekat pada Allah.

Sapni, penduduk Bukit Batabuah menyampaikan ungkapan terima kasih atas bantuan pribadi Mentan AAS untuk renovasi musala yang terdampak Galodo. (Foto: Ahmad Musa Said)

Sapni dan Windi, dua wanita yang membuat saya harus membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan karena takzim padanya. Dua wanita yang kepentingan dirinya dianggap tak ada artinya dibanding kepentingan agama dan orang banyak. Semoga makin banyak wanita seperti ini, yang tentunya akan membina generasi yang juga meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan individu.

Mereka berdua sedang bermetamorfosis menjadi katalis pemberi manfaat sebanyak-banyaknya pada orang lain. Menjelma menjadi manusia-manusia terbaik, sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat untuk manusia lainnya. Salut, izinkan kumenjura.

———
Oleh Ahmad Musa Said

Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IKA) Unhas, juga adalah Peneliti Pusat Riset Perikanan – Badan Riset dan Inovasi Nasional yang juga aktif di Majelis Nasional KAHMI Bidang Maritim, Majelis Tabligh Muhammadiyah Makassar, Korps Muballigh Muhammadiyah Depok, Wasilah MUI Depok, KKSS Depok dan Content Writer di Kabarika.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *