Kesehatan Mulut yang Buruk Berkaitan Erat dengan Penyakit Demensia, Bagaimana Bisa?

Mikroba penyebab penyakit gusi yang paling umum, porphyromonas gingivalis, dapat ditemukan di otak orang yang meninggal karena alzheimer.

KABARIKA.ID, MAKASSAR – Para ilmuwan semakin meyakini adanya hubungan yang konsisten antara kesehatan mulut yang buruk dan penurunan kemampuan kognitif.

Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS tahun 2014, lebih dari 5 juta orang dewasa di Amerika yang berusia di atas 65 tahun hidup dengan demensia.

Kondisi ini muncul dalam berbagai bentuk, dan yang paling umum adalah penyakit alzheimer. Hal itu ditandai dengan gangguan kemampuan mengingat, berpikir, dan mengambil keputusan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kesehatan mulut yang buruk lebih mungkin terkena penyakit ini, namun bagaimana kaitannya sebenarnya masih belum jelas.

Dalam sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam jurnal Aging Research Reviews, para peneliti dari National Yang-Ming Chiao Tung University di Taiwan mengumpulkan data dari 28 tinjauan sistemik untuk mengklarifikasi faktor-faktor mana yang terlibat dalam hubungan ini, dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk memberikan bukti.

Profesor Chia-Shu Lin. (Foto: scholar.nycu.edu.tw)

“Sebagian besar tinjauan sistematis secara konsisten menyimpulkan peran mikrobioma mulut (ekosistem mikroorganisme mulut) dalam memicu demensia,” kata Chia-Shu Lin, profesor kedokteran gigi dan penulis utama studi tersebut, sebagaimana dilansir Newsweek pekan ini.

Dari hasil penelitian pada hewan dan manusia disimpulkan adanya hubungan antara periodontitis (salah satu penyakit gusi utama pada orang dewasa) dan demensia. Dalam beberapa penelitian lain, hasilnya konsisten.

Penyakit gusi merupakan infeksi gusi serius yang ditandai dengan peradangan kronis pada rongga mulut. Karena letaknya yang dekat dengan otak, para ilmuwan berpendapat bahwa peradangan ini mungkin berdampak buruk pada otak.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa penyakit gusi dan kehilangan gigi memang berhubungan dengan penyusutan hipokampus, bagian otak yang terlibat dalam pembelajaran.

Penelitian lain menunjukkan bahwa mikroba penyebab penyakit gusi yang paling umum, porphyromonas gingivalis, dapat ditemukan di otak orang yang meninggal karena alzheimer.

“Mikroba ini dapat menyerang otak dan merusak jaringan saraf,” ujar Satoshi Yamaguchi, profesor kedokteran gigi dari Universitas Tohoku Jepang.

Meskipun tinjauan menyeluruh Lin menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara risiko demensia dan kesehatan mulut, namun ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini.

“Dengan demensia, kemampuan pasien dalam merawat diri menurun,” kata Lin.

Misalnya, pasien dengan penyakit alzheimer akan merasa kesulitan dalam menyikat gigi. Keadaan ini akan memperburuk kesehatan mulut.

“Fungsi kognitif yang menurun mempengaruhi perilaku merawat diri, sehingga dapat menyebabkan lingkaran setan yang memperburuk kesehatan seseorang secara umum,” jelas Lin.

Ia menambahkan, sebagian besar penelitian yang termasuk dalam tinjauan ini merupakan penelitian observasional, yang menggambarkan korelasi statistik antara kesehatan mulut dan kognisi.

“Penelitian ini tidak mengklarifikasi hubungan sebab-akibat antara faktor-faktor tersebut,” tandas Lin.

Walaupun studi tinjauan tersebut secara konsisten menunjukkan hubungan ini, namun Lin menegaskan bahwa studi tersebut tidak menunjukkan bahwa Anda dapat mencegah demensia hanya dengan menyikat gigi.

Meski begitu, ini adalah hubungan yang signifikan dan banyak dari kita tidak menyadarinya.

“Masyarakat perlu lebih menyadari korelasi antara kesehatan mulut dan kemampuan kognitif,” tegas Lin. (rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *