Menelusuri Sebaran Diabetes dan Hipertensi di Sulawesi Selatan

Berita1549 Dilihat

 

KABARIKA.ID, MAKASSAR – Kita hidup di lingkungan yang berubah dengan cepat. Salah satu yang paling mencolok dari pergeseran ini adalah bahwa penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi serta kanker telah menggantikan penyakit menular sebagai penyebab utama kematian di dunia.

Upaya menemukan kasus diabetes melitus dan hipertensi pada area yang berisiko tinggi, merupakan strategi pencegahan dan penanganan yang harus dilakukan

Hal itulah yang mendorong Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM. sebagai dosen Fakultas Kedokteran Unhas, melakukan penelitian tentang sebaran penyakit diabetes dan hipertensi di Sulawesi Selatan, sebagaimana dikemukakan dalam perbincangannya dengan Humas Unhas dan kabarika.id melalui WA, Selasa (17/01/2023).

Ia menambahkan, penelitian yang dilakukannya merupakan kolaborasi lintas departemen dan lintas fakultas yang timnya adalah Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes, dr. Rais Reskiawan, Ph.D dari Departemen IKM/IKK FK Unhas, Prof. Dr. dr. Haerani Rasyid, M.Kes, Sp.PD-KGH, Sp.GK, Dr. dr. Himawan, Sp.PD-KEMD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Unhas, Dr. Amran, S.Si, M.Si, Hedi Kuswanto, S.Si, M.Si dari departemen Biostatistik FMIPA Unhas, dan dr. Andi Afdal Abdullah, MBA, AAK dari BPJS Kesehatan.

Dengan mengutip American Diabetes Association (2017), dr. Andi Alfian mengatakan bahwa dua dari tiga orang penderita diabetes melitus memiliki tekanan darah tinggi. Lebih buruk lagi, banyak orang yang tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi akibat penyakit tersebut, karena sebagian besar merupakan kondisi tanpa gejala.

Dr. Andi Alfian menjelasakan, penelitian yang dilakukan bersama timnya ini berlangsung selama enam bulan pada tahun 2021. “Penelitian ini didanai dari hibah internal Unhas melalui skema penelitian dasar Unhas oleh LPPM Unhas, ujar dr. Andi Alfian.

Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM.

Penelitian ini menggunakan data sampel dari BPJS Kesehatan dengan jumlah sampel 496 kasus diabetes melitus dan 2.597 kasus hipertensi yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Data kemudian dilakukan analisis spasial dan analisis regresi berdasarkan angka prevalensi dengan denominator jumlah populasi di tahun yang sama.

“Analisa geospasial menawarkan potensi untuk pemetaan area dengan insidensi kejadian diabetes melitus dan hipertensi tinggi,” tegas dr. Andi Alfian.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Haerani Rasyid, M.Kes, Sp.PD-KGH, Sp.GK mengatakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pengambil kebijakan, khususnya di bidang kesehatan dalam melakukan perencanaan kebutuhan SDM, logistik kesehatan, dan program yang berkaitan dengan diabetes melitus dan hipertensi.

Tujuan dari penelitian tersebut disampaikan oleh Dr. Amran, S.Si, M.Si. Pertama, untuk mengetahui pola sebaran penderita diabetes melitus dan hipertensi di Sulawesi Selatan. Kedua, untuk mengetahui apakah terdapat area berisiko tinggi, yaitu diabetes melitus dan hipertensi di Sulawesi Selatan. Ketiga, untuk mengetahui risiko kejadian diabetes melitus dan hipertensi berdasarkan domisili di Sulawesi Selatan.

Menurut Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes, penelitian ini berkontribusi pada aplikasi ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran komunitas.

Manuskrip penelitian itu kemudian mereka submit di Nature Scientific Report yang merupakan jurnal internasional bereputasi Q1 dengan judul, ”Geospatial Analysis of Type 2 Diabetes Mellitus and Hypertension in South Sulawesi, Indonesia”.

“Jadi inti dari ‘Geospatial Analysis of Type 2 Diabetes Mellitus and Hypertension in South Sulawesi, Indonesia’ merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pola sebaran kasus diabetes melitus dan hipertensi di Provinsi Sulawesi Selatan serta interaksi antara kedua penyakit tersebut,” papar dr. Andi Alfian. (sup/rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *