Inilah Pemicu yang Dongkrak Ekonomi Sulsel Makin Tangguh

Berita807 Dilihat

KABARIKA.ID, MAKASSAR — Pakar Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Marsuki DEA menuturkan pertumbuhan ekonomi Sulsel dipicu pertumbuhan beberapa sektor usaha produktif. Di antaranya sektor pertambangan dan penggalian yang mampu tumbuh 15,06 persen.

Disusul transportasi dan penggalian 12,16 persen, perdagangan besar dan eceran 10,16 persen, dan pertumbuhan sektor usaha akomodasi dan makan minum 9,27 persen, serta pertumbuhan kelima tertinggi sektor industri pengolahan 7,05 persen.

Yang anomali sektor usaha pertanian, karena share-nya dalam produk domestik regional bruto (PDRB) terbesar 22,79 persen, tetapi ternyata hanya mampu tumbuh 0,55 persen.

Sehingga dapat dikatakan, sektor usaha yang tumbuh cepat tampaknya terkait langsung dengan meningkatnya pergerakan atau mobilitas aktivitas masyarakat pascapandemi.

“Terutama saat pelaksanaan Ramadan dan hari raya Idulfitri,” tutur mantan Rektor Institut Bisnis dan Keuangan (IBK) Nitro itu.

Dari data BPS Sulsel pada April terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 4,81 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,70. Komoditas utama penyumbang inflasi yoy pada April.

Mulai bensin, beras, angkutan udara, telur ayam ras, rokok kretek filter, ikan cakalang, ikan layang, tarif kendaraan roda dua online, ikan bandeng, hingga angkutan antarkota.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada kelompok kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,77 persen. Sedangkan, secara year to date (ytd) sebesar 1,36 persen.

Pada Maret 2023, inflasi Sulsel di angka 5,86 persen, namun turun menjadi 4,81 pada April. Penurunannya signifikan, mencapai 1,05 persen. Ini menjadi gejala kemampuan dan daya beli masyarakat kembali membaik.

Di sisi pertumbuhan, ekonomi Sulsel juga makin tangguh. Pada triwulan I 2023, tumbuh 5,29 persen. Angka ini bertambah 0,20 persen jika dibandingkan pertumbuhan kumulatif 2022 yang di angka 5,09 persen.

Sekadar catatan, oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan dihitung per kuartal alias per tiga bulan, yang bisanya dirilis sebulan atau dua bulan setelah bulan berjalan. Misalnya, pertumbuhan Desember 2022, baru dirilis Februari 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *