KABARIKA.ID, JAKARTA – Salah satu masalah yang dihadapi dan dikeluhkan petani setiap musim tanam adalah soal kelangkaan dan sulitnya memperoleh pupuk subsidi. Padahal pupuk merupakan sarana produksi (Saprodi) yang sangat menentukan kauntitas hasil produksi petani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Setelah menjadi Menteri Pertanian selama sekitar lima bulan, saya sudah keliling ke-15 provinsi untuk mengecek langsung apa keluhan petani. Keluhan pertama adalah pupuk, kemudian sistem pengambilan, kemudian air, dan mesin alat pertanian, benih unggul, dan seterusnya,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam perbincangan dengan RRI Pro3 Jakarta, Rabu pagi (28/02/2024).
Persoalan pupuk yang dikeluhkan oleh para petani di seluruh Indonesia tersebut, kemudian dilaporkan oleh Mentan kepada Presiden Joko Widodo pada forum rapat kabinet terbatas (Ratas) dua hari yang lalu.
Mentan Andi Amran mengatakan, Presiden Jokowi langsung memerintahkan memenuhi kebutuhan pupuk petani yang tahun ini dianggarkan 4,7 juta ton, ditambah menjadi 9,55 ton.
Jumlah itu naik dua kali lipat atau naik 100 persen.
“Kami mewakili petani seluruh Indonesia menyampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi atas kepedulian beliau terhadap petani Indonesia,” ucap Mentan Andi Amran.
Masalah lain yang dihadapi petani, terutama yang tinggal daerah pelosok dan pegunungan adalah kesulitan memperoleh pupuk karena sulit mengakases kartu tani.
Mentan pun kemudian mempermudah petani mendapatkan pupuk cukup dengan menggunakan KTP saja.
“Soal penggunaan KTP kami sudah ubah regulasi, Permentan kami cabut dan ubah sesuai keinginan petani,” tandas Andi Amran.
Kepada para gubernur dan bupati/wali kota seluruh Indonesia, Mentan Andi Amran menyampaikan bahwa pupuk yang sekarang ada sama pengecer silakan digunakan untuk kebutuhan petani. Kemudian menyusul tambahan 50 persen dari pupuk yang ada sekarang.
Oleh karena itu, Mentan Andi Amran mengimbau kepada para petani di seluruh Indonesia agar melakukan percepatan tanam, khususnya padi dan jagung sebagai komoditas strategis kita.
Mentan Andi Amran mengaku telah menyampaikan Presiden Jokowi, bahwa petani Indonesia itu sederhana, mereka hanya minta dipenuhi sarana produksi kemudian harga gabah jangan sampai jatuh di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah).
Mentan menegaskan bahwa petani harus diberi ruang untuk berproduksi.
“Kami dulu petani, sampai sekarang masih bertani, jadi kami tahu denyut nadi petani. Kami tahu suara petani sehingga kami memperjuangkan para petani. Kami laporkan keluhan-keluhan petani itu kepada Bapak Presiden, dan sudah dipenuhi dan diatasi,” papar Andi Amran.
Mengatasi Dampak El Nino
Terkait dengan pengaruh El Nino yang mengakibatkan penyusutan 20 persen luas areal pertanian produktif, Mentan Andi Amran menempuh tiga langkah.
Pertama, pompanisasi untuk mengairi sawah tadah hujan yang ada di pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Targetnya 500 ribu hektare di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa.
Proyek pompanisasi di pulau Jawa ini memanfaatkan sungai-sungai besar yang ada, seperti sungai Bengawan Solo dan Cimanuk.
“Intinya, jangan biarkan air hujan yang jatuh di bumi Indonesia mengalir ke laut sia-sia. Bagaimana agar air hujan yang turun di Indonesia itu menjadi pangan,” tandas Mentan Andi Amran.
Kegiatan pompanisasi ini, ujar Mentan, dilakukan atas kerja sama dengan Kementerian PUPR, BNPB, TNI/Polri, Pemda dan Kemenko PMK.
”Kerja sama itu kita lakukan untuk mengairi sawah tadah hujan ini,” ujar Andi Amran.
Kedua, mengoptimalkan tanam padi menjadi dua kali setahun di lahan tadah hujan. Untuk itu, para petani diberikan insentif benih unggul.
Menghadapi fenomena El Nino, Kementan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk kebutuhan para petani di tanah air.
Ketiga, Kementan juga melakukan optimalisasi lahan rawa yang saat ini tengah dikerjakan di Sumatra Selatan.
“Rencana kita selain di Sumatra Selatan, adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Lampung,” ujar Mentan Andi Amran.
Selain mengoptimalkan lahan rawa, Mentan Andi Amran juga berkomitmen untuk mengolah lahan-lahan tidur yang tidak produktif menjadi lahan yang menghasilkan pangan.
Dengan langkah progres ini, Mentan Andi Amran yakin Indonesia akan menjadi negara swasembaga pangan kembali dan menjadi lumbung pangan dunia.
“Swasembada itu bukan hal luar biasa bagi Indonesia. Di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo kita tiga kali swasembada dan swasembadanya sempurna. Yang dikatakan swasembada itu, impor maksimal 10 persen dari kebutuhan. Tahun 2019 dan 2020 tidak ada impor sama sekali. Itu mimpi besar kita, jadi kita harus meletakkan fondasi yang kuat saat ini, “ tandas Mentan Andi Amran. (rus)